blog kali ini terinspirasi dari sermon ps Jeff hari minggu 11 Okt 2015
Our enemy greatest tools used to our life are fear. We are
all face fear in our life and the challenge is how we turn our fear into faith.
One of the biggest battle I face past year trying to live each day without fear,
I was left behind, and I left everything that familiar to me, apartment, neighborhoods,
back to single life again but with new status, it was frightened me, may be you saw me as a strong person fast
bounced back into reality. Truth is I was trying to live each day by day. I see all the challenges that may come; yes I am
quiet stronger but also afraid, worry. The Word of GOD become my safety net.
Beberapa dari kita mengalami hal ini perpindahan dari
kehidupan lama yang kita kenal, pindah ke suatu babakan baru dalam hidup ini. Seringkali
pikiran, kecemasan malah menghantui kita dan kadang kita sampai melamun dan
berpikiran yang macam, bukannya merenungkan firman Tuhan malahan merenungkan
kecemasan. Nanti bagaimana ya? Apa pendapat orang kalau aku cepat move on ya? Kalau
kelamaan move on juga apa kata orang ya? Banyak sekali pikiran itu menyergap
saya. Namun saya sadar bahwa itu tidak sehat, terlalu banyak pikiran. Hidup
sudah susah tidak perlu ditambah susah.
Seketika
ingat ini:
tetapi yang suka melakukan Perintah TUHAN dan merenungkannya
siang malam.
(Psalms 1:2)
Firman Tuhan yang harus kita renungkan, bukan merenung yang
tidak-tidak, ntar baper melulu istilah anak sekarang.
Orang jawa katakan :
Pring Cendani, Urip iku wani; wani ngadepi, aja mlayu merga
wedi
Pring Kuning, Urip iku eling; Eling marang sing Peparing.
Jadi ingat kepada Tuhan dan merenungkannya siang dan malam
daripada merenungkan hal-hal negative, hal-hal yang membuat kita takut yang
belum tentu juga terjadi, paling tidak itu saya lakukan, sehingga bisa sampai
di titik sekarang ini setelah satu tahun 2 bulan.
Dan apa yang terjadi jika kita merenungkan Firman Tuhan, kita
jadi produktif.
Orang itu berhasil dalam segala usahanya; ia seperti pohon di
tepi sungai yang berbuah pada musimnya dan tak pernah layu daunnya. (Psalms 1:3)
He is like a tree planted by streams of water, which yields
its fruit in season and whose leaf does not wither. Whatever he does
prospers. (Psalms 1:3)NIV
Kuatir adalah merenungkan hal-hal negative, dan kekuatiran akan berbuah ketakutan. Fokus pada
hal-hal buruk yang menurutnya akan menimpanya. Bukan focus pada apa kata Tuhan
lewat firmanNya.
Merenungkan Firman Tuhan akan membuang hal-hal negative, pada
saat kecemasan datang, pada saat kekawatiran datang, kembalilah ke Maz 1:2,
bacalah Firman Tuhan jadikan kesuakaan, dengarkan alkitab suara dan Firman ini
akan melahirkan iman. Iman timbul dari
pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan. Maka perkatakanlah Firman Tuhan keras-keras
seperti orang-orang Israel purba dulu.
Jadi teringat suatu peristiwa di Danau Galilea Matius
mencatat bahwa murid-murid Yesus merasakan
ketakutan yang demikian luar biasa..
Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya:
"Tuhan, tolonglah, kita binasa." (Matthew 8:25)
Ini perasaan yang luar biasa hebat, mereka sebagian besar
adalah Nelayan, danau Galilea akrab bagi mereka, sungguh aneh mereka merasa
takut binasa. Bahkan Yesus pun bertanya mengapa sikap mereka demikian.
Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang
kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka
danau itu menjadi teduh sekali. (Matthew 8:26)
Wow murid-murid pun ketakutan menghadapi apa yang akan
menimpa mereka, BADAI
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu,
sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. (Matthew 8:24)
Murid-murid yang selalu bersama-sama Yesus pun pernah merasa
takut, padahal sebelumnya bersama-sama Yesus jalan selalu, menyaksikan
perbuatan-perbuatan Yesus, mengubah air menjadi air anggur, bahkan sampai
membangkitkan pemuda dari Nain. Sekalipun demikian mereka masih merasa takut.
Ketakutan bisa menimpa siapa saja…
Jadi apa yang menyebabkan takut? Situasi yang tidak bisa
mereka control, situasi yang diluar kuasa mereka. BADAI adalah peristiwa alam
semesta, sangat jauh diluar kemampuan control ataupun prediksi mereka. Badai
yang mereka alami pasti sangat parah, mereka terbiasa menerjang ombak Galilea.
Ini pasti badai yang dahsyat.
Dalam hidup ini kita pasti mengalami BADAI, apapun itu
sebutlah, pacar yang tidak bisa mengerti, ngaret ketika menjemput, lebih
mentingin pomade dan lama benerin gaya rambut, rekan bisnis yang bertingkah
aneh, melarikan uang, kita ditipu, dalam pelayanan, dalam kuliah, dalam
pernikahan, ada banyak macam badai. Bagi yang sedang melhat badai mulai
mendekat mereka mulai panic, bagi yang sedang ditengah badai mereka berteriak-teriak
berseru pada TUHAN agar badai reda atau segera membawa kehidupan mereka
berlabuh di pantai, bagi yang sudah keluar dari badai pasti tertawa-tawa dan
bersuka-ria atau paling tidak akan tersungging
senyuman disudut bibirnya.
Jadi sebab utama kita takut jika hal-hal yang muncul
tiba-tiba seperti badai itu tidak bisa kita control atau jauh diluar control kita.
Kembali ke murid-murid di dalam kapal ditengah danau Galilea.
Saya pernah ke sana, Danau itu sangat luas dan kapal tradisional kala itu
sangat kecil, badai besar yang mereka alami bisa sangat dahsat, ombak gelombang
bisa menghancurkan kapal mereka, dan badai ini bisa awet berhari-hari paling
tidak 3 hari 3 malam, jadi ketakutan mereka sungguh sungguh punya alasan yang
kuat. Mereka jago di danau namun dalam saat itu mereka berpikir badai ini sudah
diluar kendali mereka, sampai mereka berpikir sudah pasti kita binasa mereka
panic.
Ketakutan timbul jika segala sesuatu tidak ada yang pegang
kendali, seperti current situation saat ini. Ekonomi tak terkendali, dollar
lebay naik turun, lapangan pekerjaan kurang, banyak issue PHK massal, kita
dengar pernikahan teman-teman dekat yang hancur, ketika kita perhatikan
ssemuanya ini, kita lihat chaos, sepertinya tidak ada yang pegang kendali,
semuanya out of control, dan ketika overload dengan semua itu ketakutan
menguasi kita dan akan melumpuhkan kita, seperti yang ps Jeffrey Rachmat katakan “ Fear
will paralyzed us” Jika kita lumpuh maka kita tidak produktif dan ketika tidak melakukan apa-apa, bagaimana
bisa dikatakan apa yang diperbuat berhasil?
Berkumpul dikawanan pencomooh apalagi saat kita dalam badai
adalah mahabencana, tanpa ada badai kita berkumpul dengan pencomooh aja gawat
hasilnya, apalagi pada saat badai, akan hebat kerusakaannya. Pikiran kita akan
dipenuhi dengan perkataan-perkataan cemoohan mereka, nasihat nasihat orang
jahat. Semuanya ini akan MELUMPUHKAN KITA.
seperti Pemazmur katakan, lawan katanya dari apa yang
diperbuatnya berhasil, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa karena panic dan
ketakutan. Pernah melihat orang yang ketakutan setengah mati dan beku di
pojokan?
Jadi berkaca dari Mazmur 1 tadi:
Jika kita merenungkan hanya hal-hal negative
akan timbul kekawatiran
Kekawatiran akan mempunyai anak
namanya Ketakutan
Ketakutan akan mengurung kita dalam
ketidakberdayaan alias lumpuh
Ketika lumpuh, paralyzed kita tidak
bisa produktif
Tidak bisa menghasilkan sesuatupun juga,
apalagi dikatakan berhasil, tidak mungkin.
Sekali lagi Jika iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran akan Firman Tuhan, yakni merenungkan firman itu siang dan malam
maka, jika ketakutan melumpuhkan kita maka iman membuat kita berjalan.
“Fear will paralyzed us but Faith
will mobilized us”
Namun berkaca dari Mazmur tersebut selain dengarkan FIRMAN
TUHAN, Kita harus TERTANAM di TEPI ALIRAN AIR.
Jadi tertanamlah di tempat yang benar, yang ada aliran air
nya, ditepi sungai yang air nya mengalir terus.
so? tunggu apalagi?
Ambil kitab suci
segera bermeditasi
jangan menyendiri
selalu mengurung diri
keluar tertanamlah di DATE
tumbuhkan FAITH
Jadilah aktif
trus produktif
Faith Restores Our Humanity
(Erwin McManus)
No comments:
Post a Comment