Sunday, December 31, 2017

PERPETUA THE MARTYR



“The more we are mown down by you, the more in number we grow; the blood of Christians is seed.., Christians are teachers not just by their words, but by their deeds” - Tertullian


Kisah Vibia Perpetua dari Carthage adalah kisah seorang ibu dengan bayi yang baru lahir dan masih harus menyusui namun terpisahkan karena dipenjarakan oleh Pemerintahan Romawi karena menjadi Kristen. Sangat extreme memang bahwa martyr jaman dahulu membuktikan dirinya bahwa cintanya kepada anaknya akan dapat menggantikan tempat utama cintanya kepada Kristus dan dia rela mati untuk itu.

Narasi martyr Perpetua dari Chartage terjadi pada tahun 203, kisah ini banyak menginspirasi pengikut Kristus generasi berikutnya.

Perpetua dilahirkan dala keluarga berada, bapaknya adalah seorang pejabat tinggi Romawi di Afrika Utara. Sejatinya dia punya 3 saudaara laki-laki namun satu meninggal karena cancer. Satu saudara laki-lakinya adalah sama seperti Perpetua yang merupakan seoarang Kristen namun belum dibaptis, sebutannya jaman dahulu bagi seorang Kristen yang belum dibaptis adalah catechumen, munhkin dari sini asal kata katekisasi, sudah ikut pelajaran2nya dan percaya namun belum memberi diri dibaptis. Namun bapak dari perpetua ini tidak mau menjadi Kristen dan tetap pada penyembahan berhala-berhala agama-agama Romawi. Tidak banyak yang bisa diceritakanmasa hidup perpetua, yang banyak catatannya adalah masa-masa akhir Perpetua akan dieksekusi.

Kota Chartage didirikan kira-kira tahun 800 SM, jadi merupakan kota yang sudah cukup tua, pada masa  Kekasiran Romwi, Chartage menjadi ibu kota Romawi di propinsi Afrika. Sebuah kota yang cukup sibuk seperti kota-kota pusat taklukan Romawi lainnya, sebuah kota cosmopolitan, penuh dengan kuil-kuil macam macam agama pagan, amphitheater besar, sirkuit balapan kereta kuda, dua tempat pertunjukan teather dan banyak tempat hiburan, pemandian dll. Bisa dibayangan sebelum pertobatannya dan beralih kepada Kristus, Perpetua dibesarkna dengan penuh kemanjaan dan ketaatan kepada berhala-berhala pagan seperti keluarganya. Sebagai salah satu keluarga pejabat tinggi kerajaan Romawi di Carthage seharusnyalah mereka menjaga budaya dan agama Romawi sejak kecil, demikianlah Perpetua dibesarkan.

Catatan tentangdirinya ditulis dalam The Passion of Saints Perpetua and Felicity. Berisi catatan langsung dari Perpetua saat dia dipenjarakan (pastinya kata-kata terakhirnya menjelang kematian, ditulis oleh orang lain).

Nama orangtuanya adalah Vibius. Jaman dahulu menjadi seorang perempuan adalah susah, harus nurut dan seterusnya, meskipun berdarah Romawi dan keluarga pejabat, sama saja, perempuan selalua da di kelas dua. Jika ada bayi perempuan yang lahir maka pilihannya adalah apakah bayi tersveut akan tetap menjadi anaknya atau dibiarkan saja mati atau diambil orang lain. Jika dijadikan anaknya maka si anak perempuan ini akan sangat disayang oleh bapaknya dan harus nurut apa kata bapaknya, dan biasanya kan memiliki nama yang sama dengan bapaknya. Misal nama bapanya Susanto, maka jika lahir anak perempuan akan diberi nama susanti atau susan. Nah Vibia Perpetua, dipakaikan nama bapaknya yakni Vibius. So bisa kita lihat bagaimana posisi dari Vibia Perpetua ini antara cintanya kepada anaknya dan bapaknya yang menyayangi dia dan kecintaan Perpetua kepada Kristus.

Bapaknya selalu terus menerus meminta perpetua untuk kembali ke agama yang dulu dan meinggalkan Kristus. Tetapi perpetua menjawab, “ jati diriku adalah Kristen, aku tidak bisa dipanggil dengan identiatas yang lain selain pengikut Kristus” hal ini semakin membuat bapaknya marah dan beradu argument, tetapi seringkali pula Perpetua keras menolaknya. Beberapa saat setelah ini perpetua memberi diri dibaptis, bapaknya marah dan meminta Perpetua untuk menanggalkan kekristenannya. Akibatnya Perpetua dimasukkan kedalam penjara bersama sama dengan pembantuanya Felicity dan Revocatus.

Bapaknya memohon-mohon, berbelaskaihanlah kepada bapakmu ini dan tinggalkanlah Kristus. Perpetua tetap memilih Kristus. Ingat bahwa Perpetua menyandang nama bapaknya, artinya bapaknya sangat saying padanya dan hari-hari tahun tahun sebelum Perpetua menjadi Kristen  hubungan mereka pastilah harmonis dan menyenangkan.]

Kenyataan Perpetua lebih memilih Kristus sangat menyakiti bapaknya namun juga pasti menimbulkan luka juga pada Perpetua, pasti ingin juga bapaknya mengikuti pilihan Perpetua, menjadi Kristen.

Pada saat ini Perpetua masih dalam masa menyususi anaknya, yang tak berapa lama telah lahir baginya. Terpisah dengan anaknya satu-satunya dan dalam masa masih menyusui sungguh berat bagi Perpetua,kemudian teman-temannya menyuap petugas penjara dan mengijikan bayi perpetua dibawa kepenjara dan  meminta Perpetua dan bayinya dipindahkan diruang khusus.

Namun akhirnya ketahuan juga oleh pihak pihak musuh dan gubernur, akhirnya bayi perpetua dipakai untuk menekan Perpetua.


“Kalau kamu tidak kasihan pada bapakmu, kasihanilah anakmu ini,  bawalah persembahan kepada kaisar seperti dulu dan sangkallah Kristus!!!”

“Aku tak akan melakukannya”

“Apakah kamu Kristen Perpetua?”

“Ya, saya Kristen”

“Tak ada jalan lain, kamu harus dihukum mati”


Hari itu adalah hari terakhir Perpetua melihat anaknya, yang diberikan kepada Vibius.

Menurut cerita satu karakter lagi namanya Saturus adlah suami dari Perpetua kemudian hari imasukkan juga kedalan penjara dan bersama-sama bersiao menerima hukuman mati.
Mereka dihukum mati di amphitheater dihadapan rakyat banyak, tempat gladiator bertarung. Otoritas roma akan memakaian mereka pakaian pemujaan dewa dewa pagan, Perpetua dkk menolaknya. Saat pereptua dan kawan-kawan masuk kedalam arena, perpetua menyanyikan mazmur, orang-orang berteriak, “cambuk!!!” “cambuk mereka sebelum dipancung” massa beringas berteriak teriak bahwa orang-orang Kristen ini harus dicambuk dulu sebelum dibunuh.

Hal ini malahan membuat para martyr ini bersuka cita karena dengan demikian turut ambil bagaian dalam penedritaan TUHAN sebelum kematian mereka.

Saturus dan Revocatus diumpankan kepada leopard. Setelah itu mereka diikatkan pada ternak supaya didatangi dan diserang beruang. Saturus diikat pada babi liar. Beruang mencabik cabik babi liar dan membunuhnya sambil memain maoinkan dan menyeret saturus yang masih setengah hidup.
Sementara para perempuan Perpetua dan Felicity dilucuti dan ditelanjangi  dan mengadu mereka dengan sapi betina yang ganas. Namun kemudian Para penonton berteriak supaya perempuan ini diberi tunik, untuk mengurangi rasa bersalah mereka, pada umumnya orang-orang terhormat romawi merasa malu melihat perempuan telanjang di tempat umum.

Sapi betina yang ganas tersebut langsung menyerang Perpetua dan Felicity mereka jatuh tersungkur. Kedua orang ini remuk tergilas oleh sapi betina yang sedang mengamuk.

Sementara itu tubuh Saturus dirobek oleh Leopard dan darah muncrat, Saturus bermandikan darah. Sebelum mati Saturus berkata kepada Pudens, salah satu pengawal penjara yang akhirnya diam diam menjadi Kristen, saturus meegang tangan pudens mengambil cincin Pudens dan mencelupkannya dalam darahnya dan meberikan lagi pada Pudens dan berkata,

” Selamat tinggal, tetaplah beriman, janganlah hal ini membuat mu tawar hati dan mengganggu mu tapi justru kematianku membuatmu menjadi semakin yakin!”


Perpetua yang paling akhir mati, dia melihat satu demi satu kawan-kawan martyrnya menderita menjelang ajal. Setelah tubuhnya hancur karena bertarung dengan banteng yang beringas, Perpetua Mati dengan pedang ditangan gladiator, bahkan gladiator muda ini gemetar saat tangannya dipegang perpetua dibimbimngnya untuk tanpa ragu menebas lehernya. Martyr lah Saturus Revocatus Felicity dan Perpetua.

Pada saat mereka mati martyr di arena, satu jiwa lagi diselamatkan Pudens berdiri dalam bayangan dengan iman yang baru lahir.

Kata “martyr” artinya menjadi saksi, dan itulah yang dilakukan oleh Perpetua dan teman-temannya pada hari itu. Menjadi saksi iman, mempertahankan iman Kristus, tidak menyangkal namaNya, iman yang tanpa kompromi apapun resikonya, meskipun membawanya pada kematian dan penderitaan dan siksaan.

Kata terakhir yang diucapkan Saturus pada Pudens patut kita kenang

Farewell, and be mindful of my faith. Do not let these things disturb you, but confirm you”


Disarikan dari buku "Getting to Know The Church Fathers - An Evangelical Introduction" yang ditulis oleh Bryan M. Litfin, terbitan BrazozPress

No comments:

Post a Comment