“The more we are mown down by you,
the more in number we grow; the blood of Christians is seed.., Christians are
teachers not just by their words, but by their deeds” - Tertullian
Kisah Vibia Perpetua dari
Carthage adalah kisah seorang ibu dengan bayi yang baru lahir dan masih harus
menyusui namun terpisahkan karena dipenjarakan oleh Pemerintahan Romawi karena
menjadi Kristen. Sangat extreme memang bahwa martyr jaman dahulu membuktikan
dirinya bahwa cintanya kepada anaknya akan dapat menggantikan tempat utama
cintanya kepada Kristus dan dia rela mati untuk itu.
Narasi martyr Perpetua dari
Chartage terjadi pada tahun 203, kisah ini banyak menginspirasi pengikut
Kristus generasi berikutnya.
Perpetua dilahirkan dala keluarga
berada, bapaknya adalah seorang pejabat tinggi Romawi di Afrika Utara.
Sejatinya dia punya 3 saudaara laki-laki namun satu meninggal karena cancer.
Satu saudara laki-lakinya adalah sama seperti Perpetua yang merupakan seoarang
Kristen namun belum dibaptis, sebutannya jaman dahulu bagi seorang Kristen yang
belum dibaptis adalah catechumen, munhkin dari sini asal kata katekisasi, sudah
ikut pelajaran2nya dan percaya namun belum memberi diri dibaptis. Namun bapak
dari perpetua ini tidak mau menjadi Kristen dan tetap pada penyembahan
berhala-berhala agama-agama Romawi. Tidak banyak yang bisa diceritakanmasa
hidup perpetua, yang banyak catatannya adalah masa-masa akhir Perpetua akan
dieksekusi.
Kota Chartage didirikan kira-kira
tahun 800 SM, jadi merupakan kota yang sudah cukup tua, pada masa Kekasiran Romwi, Chartage menjadi ibu kota
Romawi di propinsi Afrika. Sebuah kota yang cukup sibuk seperti kota-kota pusat
taklukan Romawi lainnya, sebuah kota cosmopolitan, penuh dengan kuil-kuil macam
macam agama pagan, amphitheater besar, sirkuit balapan kereta kuda, dua tempat
pertunjukan teather dan banyak tempat hiburan, pemandian dll. Bisa dibayangan
sebelum pertobatannya dan beralih kepada Kristus, Perpetua dibesarkna dengan
penuh kemanjaan dan ketaatan kepada berhala-berhala pagan seperti keluarganya.
Sebagai salah satu keluarga pejabat tinggi kerajaan Romawi di Carthage
seharusnyalah mereka menjaga budaya dan agama Romawi sejak kecil, demikianlah
Perpetua dibesarkan.
Catatan tentangdirinya ditulis
dalam The Passion of Saints Perpetua and Felicity. Berisi catatan langsung dari
Perpetua saat dia dipenjarakan (pastinya kata-kata terakhirnya menjelang
kematian, ditulis oleh orang lain).
Nama orangtuanya adalah Vibius.
Jaman dahulu menjadi seorang perempuan adalah susah, harus nurut dan
seterusnya, meskipun berdarah Romawi dan keluarga pejabat, sama saja, perempuan
selalua da di kelas dua. Jika ada bayi perempuan yang lahir maka pilihannya
adalah apakah bayi tersveut akan tetap menjadi anaknya atau dibiarkan saja mati
atau diambil orang lain. Jika dijadikan anaknya maka si anak perempuan ini akan
sangat disayang oleh bapaknya dan harus nurut apa kata bapaknya, dan biasanya
kan memiliki nama yang sama dengan bapaknya. Misal nama bapanya Susanto, maka
jika lahir anak perempuan akan diberi nama susanti atau susan. Nah Vibia
Perpetua, dipakaikan nama bapaknya yakni Vibius. So bisa kita lihat bagaimana
posisi dari Vibia Perpetua ini antara cintanya kepada anaknya dan bapaknya yang
menyayangi dia dan kecintaan Perpetua kepada Kristus.
Bapaknya selalu terus menerus
meminta perpetua untuk kembali ke agama yang dulu dan meinggalkan Kristus.
Tetapi perpetua menjawab, “ jati diriku adalah Kristen, aku tidak bisa
dipanggil dengan identiatas yang lain selain pengikut Kristus” hal ini semakin
membuat bapaknya marah dan beradu argument, tetapi seringkali pula Perpetua
keras menolaknya. Beberapa saat setelah ini perpetua memberi diri dibaptis,
bapaknya marah dan meminta Perpetua untuk menanggalkan kekristenannya.
Akibatnya Perpetua dimasukkan kedalam penjara bersama sama dengan pembantuanya
Felicity dan Revocatus.
Bapaknya memohon-mohon,
berbelaskaihanlah kepada bapakmu ini dan tinggalkanlah Kristus. Perpetua tetap
memilih Kristus. Ingat bahwa Perpetua menyandang nama bapaknya, artinya
bapaknya sangat saying padanya dan hari-hari tahun tahun sebelum Perpetua
menjadi Kristen hubungan mereka pastilah
harmonis dan menyenangkan.]
Kenyataan Perpetua lebih memilih
Kristus sangat menyakiti bapaknya namun juga pasti menimbulkan luka juga pada
Perpetua, pasti ingin juga bapaknya mengikuti pilihan Perpetua, menjadi
Kristen.
Pada saat ini Perpetua masih
dalam masa menyususi anaknya, yang tak berapa lama telah lahir baginya.
Terpisah dengan anaknya satu-satunya dan dalam masa masih menyusui sungguh
berat bagi Perpetua,kemudian teman-temannya menyuap petugas penjara dan
mengijikan bayi perpetua dibawa kepenjara dan
meminta Perpetua dan bayinya dipindahkan diruang khusus.
Namun akhirnya ketahuan juga oleh
pihak pihak musuh dan gubernur, akhirnya bayi perpetua dipakai untuk menekan
Perpetua.
“Kalau kamu tidak kasihan pada bapakmu, kasihanilah anakmu ini, bawalah persembahan kepada kaisar seperti dulu dan sangkallah Kristus!!!”
“Aku tak akan melakukannya”
“Apakah kamu Kristen Perpetua?”
“Ya, saya Kristen”
“Tak ada jalan lain, kamu harus dihukum mati”
Hari itu adalah hari terakhir
Perpetua melihat anaknya, yang diberikan kepada Vibius.
Menurut cerita satu karakter lagi
namanya Saturus adlah suami dari Perpetua kemudian hari imasukkan juga kedalan
penjara dan bersama-sama bersiao menerima hukuman mati.
Mereka dihukum mati di
amphitheater dihadapan rakyat banyak, tempat gladiator bertarung. Otoritas roma
akan memakaian mereka pakaian pemujaan dewa dewa pagan, Perpetua dkk
menolaknya. Saat pereptua dan kawan-kawan masuk kedalam arena, perpetua
menyanyikan mazmur, orang-orang berteriak, “cambuk!!!” “cambuk mereka sebelum
dipancung” massa beringas berteriak teriak bahwa orang-orang Kristen ini harus
dicambuk dulu sebelum dibunuh.
Hal ini malahan membuat para
martyr ini bersuka cita karena dengan demikian turut ambil bagaian dalam
penedritaan TUHAN sebelum kematian mereka.
Saturus dan Revocatus diumpankan
kepada leopard. Setelah itu mereka diikatkan pada ternak supaya didatangi dan
diserang beruang. Saturus diikat pada babi liar. Beruang mencabik cabik babi
liar dan membunuhnya sambil memain maoinkan dan menyeret saturus yang masih
setengah hidup.
Sementara para perempuan Perpetua
dan Felicity dilucuti dan ditelanjangi
dan mengadu mereka dengan sapi betina yang ganas. Namun kemudian Para
penonton berteriak supaya perempuan ini diberi tunik, untuk mengurangi rasa
bersalah mereka, pada umumnya orang-orang terhormat romawi merasa malu melihat
perempuan telanjang di tempat umum.
Sapi betina yang ganas tersebut
langsung menyerang Perpetua dan Felicity mereka jatuh tersungkur. Kedua orang
ini remuk tergilas oleh sapi betina yang sedang mengamuk.
Sementara itu tubuh Saturus
dirobek oleh Leopard dan darah muncrat, Saturus bermandikan darah. Sebelum mati
Saturus berkata kepada Pudens, salah satu pengawal penjara yang akhirnya diam
diam menjadi Kristen, saturus meegang tangan pudens mengambil cincin Pudens dan
mencelupkannya dalam darahnya dan meberikan lagi pada Pudens dan berkata,
” Selamat tinggal, tetaplah beriman, janganlah hal ini membuat mu tawar hati dan mengganggu mu tapi justru kematianku membuatmu menjadi semakin yakin!”
Perpetua yang paling akhir mati,
dia melihat satu demi satu kawan-kawan martyrnya menderita menjelang ajal.
Setelah tubuhnya hancur karena bertarung dengan banteng yang beringas, Perpetua
Mati dengan pedang ditangan gladiator, bahkan gladiator muda ini gemetar saat
tangannya dipegang perpetua dibimbimngnya untuk tanpa ragu menebas lehernya.
Martyr lah Saturus Revocatus Felicity dan Perpetua.
Pada saat mereka mati martyr di
arena, satu jiwa lagi diselamatkan Pudens berdiri dalam bayangan dengan iman
yang baru lahir.
Kata “martyr” artinya menjadi
saksi, dan itulah yang dilakukan oleh Perpetua dan teman-temannya pada hari
itu. Menjadi saksi iman, mempertahankan iman Kristus, tidak menyangkal namaNya,
iman yang tanpa kompromi apapun resikonya, meskipun membawanya pada kematian
dan penderitaan dan siksaan.
Kata terakhir yang diucapkan
Saturus pada Pudens patut kita kenang
“Farewell, and be mindful of my
faith. Do not let these things disturb you, but confirm you”
Disarikan dari buku "Getting to Know The Church Fathers - An Evangelical Introduction" yang ditulis oleh Bryan M. Litfin, terbitan BrazozPress
No comments:
Post a Comment