Friday, December 29, 2017

JAH adalah KEKUATANKU - Hizkia

Ini adalah Narasi imaginatif penulis, berdasar 2 Raja-Raja 18 masa-masa awal Hizkia diangkat menjadi Raja menggantikan Ahaz

Aku bertanya kepada Yesaya, “Apa yang harus aku lakukan pertama kali setelah aku resmi menjadi Raja penuh atas seluruh Yehuda?”

“Pangeran tahu apa yang harus dilakukan segera, TUHAN besertamu, tidak perlu takut”

Tiga belas tahun lamanya, aku memerintah Yehuda bersama-sama dengan Ayahanda Raja Ahaz. Aku menyaksikan banyak hal yang tidak berkenan kepada TUHAN yang Ayahanda Raja lakukan semasa hidupnya. Yesaya aku kenal sejak lama, sejak aku berusia dua belas tahun, saat magang di istana saat aku turut memerintah bersama Ayahanda Ahaz, dia adalah abdi TUHAN Yang Maha Tinggi, keberaniannya luar biasa, sangat menginspirasi ku. Aku tidak ingin seperti Ayahanda Raja, aku ingin menjadi diriku sendiri seperti yang TUHAN mau. Aku akan mendengarkan nasehat Yesaya, sepanjang TUHAN mengijinkan aku memerintah Yehuda.

Pria setengah tua yang orang-orang sebut Nabi itu sering mendapatkan perkataan TUHAN secara langsung untuk disampaikan kepada umat TUHAN lewat Raja. Sayang sekali Ayahanda Ahaz tidak mengindahkan nasehat TUHAN lewat Yesaya. Bahkan Yesaya menegur Ayahanda karena meminta pertolongan kepada Tiglath Pileser, Raja Asyur, untuk menyingkirkan Pekah dan Rezin. Aku sendiri tidak menyukai orang-orang Asyur.

Aku tidak habis pikir mengapa Ayahanda tidak mendengarkan perkataan Nabi TUHAN itu. Bahkan malah membawa patung dewa-dewa sesembahan orang Asyur ke dalam Rumah TUHAN dan menyingkirkan benda-benda kudus yang didalamnya dan digantikan dengan mezbah Asyur. Dan mempersembahkan persembahan kepada para allah orang Damsyik, sungguh tak masuk diakal.

Aku harus menyingkirkannya, aku harus membuat pembaharuan, jika tidak ingin berakhir seperti Kerajaan Utara yang sekarang mereka semua diangkut ke Asyur sebagai tawanan.
Pertolongan pasti datang dari TUHAN, seperti masa-masa lampau saat Raja Daud memerintah. TUHAN pasti tolong, Yehuda harus bertobat, jika perlu sisa-sisa Israel yang ada di Samaria datang ke Yerusalem dan bertobat massal.

“Sebentar lagi engkau akan dilantik menjadi Raja Yehuda, hai Hizkia, otoritas di tanganmu, selama tigabelas tahun mendampingi Ayahmu, kau melihat bahwa TUHAN menyertaimu, lakukanlah apa yang menyenangkan hati TUHAN seperti kakekmu atau buyutmu, pesanku janganlah kau tinggi hati seperti mereka ketika semuanya berjalan sesuai dengan rencana TUHAN, ingat semuanya hanyalah kasih karunia TUHAN…”

Perkataan Yesaya membuyarkan lamunanku. Aku bergerak ke balairung, segenap Yehuda berseru, 

“Hidup Raja Hizkia”
 “Diberkatilah wahai Raja Hizkia”

Bersahut-sahutan kudengar suara orang-orang Yehuda dalam teriakan yang gembira
sangkakala nyaring berbunyi, genderang dipukul dengan semangat.

Gegap gempita mewarnai negeri, seolah lupa bahwa negeri ini dalam tekanan orang-orang Asyur.
Ada harapan kataku dalam hati.
Hizkia melakukan yang menyenangkan hati TUHAN seperti Raja Daud leluhurnya. Ia menghancurkan tempat-tempat penyembahan dewa, dan merobohkan tugu-tugunya serta merusak patung-patung Dewi Asyera. Ia juga menghancurkan ular perunggu buatan Musa yang disebut Nehustan. Sebab, sampai pada waktu itu orang Israel masih membakar dupa untuk menghormati ular perunggu itu. (2Ki 18:3-4)

Hizkia melakukan yang menyenangkan hati TUHAN seperti Raja Daud leluhurnya. (2Ch 29:2)

Ayahku Ahaz telah menutup Pintu Rumah TUHAN, ini yang pertama aku lakukan, aku akan membukanya kembali dan menyuruh para tukang untuk memperbaikinya, Yehuda harus kembali kepada TUHAN yang benar. Inilah agendaku pertama sebagai Raja Yehuda, mengajak segenap Yehuda berbalik kepada TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Yakub.

"REFORMASI TERIAKKU!!!"

Aku tidak ingin mati seperti Ayahku, mati sebagai Raja yang berbuat kejahatan di mata TUHAN aku ingin riwayatku dikenang sebagai Raja yang takut akan TUHAN yang membawa Yehuda berbalik kepada TUHANnya. Itu cukup bagiku! Aku yakin seperti Raja Daud pernah nyanyikan, Kebajikan dan Kemurahan akan mengikuti, jika TUHAN adalah Gembala

Mari kita bekerja!

Aku bersama segenap Yehuda, menghancurkan tempat-tempat penyembahan dewa, dan merobohkan tugu-tugunya serta merusak patung-patung Dewi Asyera. Bersama-sama kami juga menghancurkan ular perunggu buatan Musa yang disebut Nehustan. Sebab, sampai pada waktu itu orang Israel masih membakar dupa untuk menghormati ular perunggu itu, sebuah praktek yang salah!!!

Rakyat bahu membahu, membersihkan tempat-tempat berhala, sepertinya Yehuda juga merindukan sebuah ibadah yang benar dilakukan kembali di Yerusalem.

Segera aku mengumpulkan Imam-imam dan orang-orang Lewi yang ada di Yerusalem, di pelataran bagian timur Rumah TUHAN, dan ia berbicara dengan mereka di sana.

" Dengarlah wahai Imam-imam dan orang-0rang Lewi, kaliana semua, harus mengkhususkan diri untuk TUHAN, dan menyucikan Rumah TUHAN, Allah leluhurmu. Semua yang menajiskan rumah itu harus disingkirkan…!”
“Hai orang-orang Lewi, wahai para Imam janganlah menunda-nunda lagi, sebab kamulah yang dipilih TUHAN untuk beribadat dan mengabdi kepada-Nya serta membakar dupa dan memimpin rakyat untuk beribadat."

Gemuruh orang-orang Lewi menyambut kabar gembira ini! mereka segera bekerja dan memanggil segenap kerabat mereka untu memulai pekerjaan mulia ini.

Ini lah hal ketiga awal yang aku lakukan.
Pertama, membuka pintu Rumah Tuhan dan memperbaikinya, kedua menghancurkan berhala dan bukit-bukit pengorbanan, ketiga memulihkan jabatan orang-orang Lewi dan Imam sehingga ibadah di Rumah TUHAN bisa dilaksanakan seperti dulu.

Aku mendengar orang-orang berbisik… kabar yang santer terdengar.
Hizkia tidak seperti Ahaz, ayahnya.

Ya benar! Aku bukan Ayahku!

Segenap rakyat dan orang Lewi bekerja dengan cepat, tak berapa lama aku mendengar laporan bahwa tugas sudah selesai. Tanpa menunggu lama-lama juga aku mengajak tokoh-tokoh Yehuda untuk pergi ke Rumah TUHAN mempersembahkan korban kepada TUHAN memohon ampun kepada TUHAN dan menyembah TUHAN bersama dengan segenap rakyat.

RUMAH TUHAN dipulihkan!

Ini hal keempat yang aku lakukan, memohon pengampunan dan melakukan korban pengampunan dosa seperti yang TUHAN perintahkan lewat Musa hambanya. 

Kelima, selagi hewan tersebut dibakar, aku meminta para pemuji dari suku Lewi sesuai dengan petunjuk Nabi Gad dan Nathan pada saat Raja Daud bertahta untuk menaikkan pujian dan memainkan alat-alat music sampai korban bakaran habis terbakar oleh api!

Udara penuh dengan bau harum lemak yang terbakar, puji-pujian, tarian dan musik membahana diseluruh penjuru RUMAH TUHAN dan sampai pelataran.
Aku terharu melihat semua ini, bersyukur TUHAN mengijinkan semua ini terjadi kembali. Sekilas aku melihat Yesaya berlinang airmata, penuh rasa syukur. Sekali lagi RUMAH TUHAN penuh dengan hadirat TUHAN dan rakyat bersuka cita.
Di dalam Rumah-Mu kami merenungkan kasih-Mu, ya Allah. Nama-Mu termasyhur dan dipuji di seluruh bumi, Engkau memerintah dengan adil..”

Para pemuji bersahut-sahutan diantara gambus rebana kecapi dan terompet. Tak pernah aku bayangkan semua ini terjadi dan TUHAN ijinkan dalam masa aku memerintah!
“Aku mau mengingat perbuatan-perbuatan-Mu TUHAN, mengenang keajaiban-keajaiban-Mu di zaman dahulu. Aku mau merenungkan segala yang Kaulakukan, dan memikirkan karya-karya-Mu yang hebat. Ya Allah, segala perbuatan-Mu suci, siapakah sebesar Allah kami?”

Semua orang menyanyi dengan sangat gembira sambil berlutut dan menyembah Allah.
Hal kelima yang aku lakukan adalah mempersembahkan korban syukur seperti yang TUHAN perintahkan juga lewat Hukumnya, untuk kami makan bersama dan nikmati bersama pada hari itu.

Demikianlah ibadat Rumah TUHAN diadakan lagi.

Aku belum selesai dengan reformasi.

Hal keenam yang aku akan kerjakan untuk menyenangkan TUHAN adalah merayakan Paskah, Orang-orang Israel, yang masih tinggal dan terhindar dari pengasingan harus datang ke Yerusalem dan merayakan Paskah bersama. Sebagai sebuah tanda menghormati TUHAN Allah Israel seperti yang ditentukan dalam hukum-hukum Musa.

Rakyat bersuka-cita, TUHAN disenangkan.

Laporan dari segala penjuru mengatakan “Belum pernah Paskah dirayakan seperti itu…”

Sadar betul bahwa ini janganlah hanya sebuah event sesaat, Rumah TUHAN harus beroperasi penuh seperti dahulu, oleh sebab itu Imam dan orang Lewi harus diatur sedemikian rupa sehingga mereka tinggal di Rumah TUHAN dan bisa menyelenggarakan ibadah bagi segenap rakyat. 

Organisasi keimaman dan orang Lewi harus di revitalisasi dan mereka harus disupport dengan persembahan dari rakyat dan juga persepeluhan… inilah hal terakhir yang aku lakukan dalam reformasi ini.

Aku ingin dikenang sebagai Raja yang takut akan TUHAN yang selama hidupnya selalu menyenangkan TUHAN.
"Kita tidak memilih lahir dari keluarga siapa, dan siapa bapak kita, tetapi kita bisa memilih untuk bertindak sesuai dengan apa yang kita mau atau sesuai dengan apa TUHAN mau"

Aku adalah Hizkia bukan Ahaz

Singkirkan berhala-berhala, Buka Pintu Rumah TUHAN, beribadahlah senantiasa kepadanya, andalkan DIA, mengucap syukur senantiasa dengan membawa korban persembahanmu, naiklah
pujian kepadaNYA, sujud dan menyembah, berikanlah apa yang menjadi kepunyaan TUHAN, persembahan dan persepuluhan, dan berbagilah dengan sesamamu, ajak makan sekali-sekali.

Sekarang aku siap menghadapi Sanherib dari Asyur yang mengepung Yehuda, aku tahu TUHAN bersamaku.



Yehuda, 728 Sebelum Masehi

No comments:

Post a Comment