Friday, March 9, 2018

Remah-remah Buat Anjing - Markus 7



Pertanyaan berikut datang dari seorang teman, berkenaan dengan Markus 7:27-30

Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:26-30)

Pertanyaannya:

Kenapa ketika  menjawab permintaan perempuan Yunani bangsa Siro Fenisia, dia dianggap “anjing” , siapakah anak-anak yang dimaksud, apakah murid-murid? Atau orang di Tirus yang lainnya? Apakah cuma menguji iman perempuan ini?

Ijinkan saya berbagi opini sebagai jawaban saya atas pertanyaan diatas, teman-teman boleh saja tidak setuju atau memiliki jawaban lainnya, sama seperti jemaat Berea, mereka menguji segala sesuatu yang diajarkan, sesuai dengan Kebenaran Firman Tuhan atau tidak.

Setelah melewati melihat catatan budaya, sejarah, melihat berbagai catatan kaki dalam NIV dan NLT study bible, memakai alat bantu esword, Harmony of the Gospel, menimbang berbagai commentries dan seabreg alat-alat lainnya...

Here we go!

Markus melaporkan peristiwa ini cukup sederhana, catatan lebih lengkap kita bisa temukan dari tulisan Matius, saya tuliskan di Buku Bible Everyday jilid satu, bahwa Injil adalah narasi tentang satu orang Pribadi yakni Yesus Kristus, jadi saat kita melihat satu catatan dalam satu kitab Injil, akan lebih bijaksana jika kita juga menengok adakah catatan yang melaporkan peristiwa yang sama di catatan Injil yang lainnya. Untuk kasus perempuan Siro Fenisia ada dua orang yang melaporkan dalam catatannya yakni Markus dan Matius.

Tempat peristiwa pertemuan dg perempuan ini  keduanya, menuliskan sama yakni di Tirus, walau Matius menyebutkan kota Sidon (clue pertama, Sidon dan perempuan dengan satu anak, ingatan kita seharusnnya melayang sampai Raja-raja satu, Elijah dan perempuan Sidon serta anaknya). Matius menyebutkan perempuan ini adalah Kanaan, Markus menyebutkan bahwa perempuan ini bangsa yunani kelahiran Siro Fenisia (Syrian Phoenicia) ini adalah perempuan yang sama, Matius memakai sebutan Kanaan, penyebutan Kanaan di PB hanya terjadi disini, jaman PB tidak ada kota atau tempat bernama Kanaan, Matius refers pada PL untuk menyebut Siro Fenisia.
Markus langsung menuliskan peristiwanya tanpa mengutip teriakan minta tolong perempuan tersebut. Matius menyebutkan  teriakan perempuan tersebut:

AWAL

Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." (Mat 15:22)

Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. (Mar 7:25-26)


RESPON YESUS
Matius tidak hanya mencatat respon Yesus namun juga respon murid-murid Yesus, yang merespon terlebih dahulu

Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)

Markus mencatat demikian:

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."


RESPON PEREMPUAN ITU

Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar 7:27-28)

Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)

Matius dan Markus sama-sama mencatat bahwa perempuan ini keukeuh, meski sudah diusir dan dihina dia punya jawaban dan alasan untuk mendapatkan apa yang dia mau.

ENDING

Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."

Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki."

Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:28)

Perempuan tersebut mendapatkan apa yang dia mau, anaknya sembuh.
Ada banyak kesamaan antara Markus dan Matius, nah untuk mendapatkan gambaran besar dan detailnya maka kita perlu melihat keduanya.
 
Peristiwa ini terjadi didaerah Gentiles, dan perempuan ini disebutkan sebgai perempuan Yunani, lahir di Siro Fenisia. sekalipun Yesus berbahasa Aram, hampir dipastikan Yesus juga bisa berbahasa Yunani, dia bisa berbicara dengan Pilatus tanpa translator. Dan bukti-bukti sejarah juga menyebutkan banyak yang fluent Yunani di  area Holy Land, Galilea abad pertama. Plus juga ada bukti bahwa Sephhorus Ibu Kota baru Galilea berada 5 Km kurang lebih dari Nazareth, saat itu sedang membangun theater Yunani yang cukup besar, Yusuf dan Yesus bisa jadi mendpatkan pekerjaan/proyek juga dalam pembangunan tersebut. Asumsi dalam pada ini secara natural pastilah Yesus bisa berbicara bahasa Yunani.  So dalam peristiwa ini Yesus bisa berbicara kepada perempuan non Yahudi ini dalam bahasa Yunani atau Aram, karena bahasa Aram juga disebutkan umum dipakai kalangan rakyat pada masa itu.

Perempuan ini meneriakan kata-kata umum yang diserukan oleh pengemis-pengemis jaman itu, ‘Kasihanilah aku..”  “Have mercy on me”.

Tindakan perempuan ini sangat menarik, demi anaknya, demi bertemu dengan Yesus, dia menerjang dua batasan tradisi yang berlaku pada masa itu.  Dia seorang perempuan, Yesus adalah seorang pria. Perempuan tidak boleh atau dibatasi berbicara dengan pria yang baru dikenalnya/baru ditemuinya, bahkan sampai sekarangpun di dearh yang masih kuat tradisinya, masih conservative, pria dan wanita tidak boleh berbicara dengan lawan jenis yang baru dijumpainya.  Apalagi seorang Rabbi didepan public tidak boleh berbicara dengan perempuan meski dia adalah anggota keluarganya, apalagi sekarang seorang perempuan asing. Terlebih lagi perempuan ini adalah seorang Gentiles, seorang perempuan kafir!!! 

Jadi menurut hitungan sekarang dia ini double minoritas, seorang perempuan gentile meminta pertolongan kepada seorang Yahudi. Sesuatu yang sangat-sangat melanggar tradisi yang ada pada masa itu.

Markus pasal tiga menyebutkan bahwa pelayanan Yesus sudah dikenal sampai area Tirus dan Sidon, pastilah perempuna ini pernah mendengar  nama  Yesus, pernah mendengar apa yang Yesus lakukan, mujizat-mujizat yang terjadi, belas kasihanNya.

Catatan Matius yang menyebutkan, perempuan ini memanggil Yesus dengan sebutan “Ya Tuhan, Anak Daud” menimbulkan sebuat pertanyaan, apakah dia benar-benar tahu siapa Yesus ataukah dia hanya merekam apa yang orang lain serukan kepada Yesus dan menirukannya? Yang jelas dia menyebutkan gelar Yesus, seharusnya ini sesuatu bukan? Seharusnya Yesus merespon baik bukan?

Respon Yesus adalah diam, menurut catatan Matius, jadi ada beberapa tahapan yang membuat Yesus membuat respon menanggapi permintaan perempuan Kanaan ini.

Nah teman saya yang bertanya diatas memberikan pendapatnya, apakah Yesus sedang menguji perempuan ini?

Ayuklah sekarang mari kita jawab

Dalam diamnya ini Yesus sedang menyiapkan sebuah pelajaran, tidak hanya buat perempuan ini tetapi juga buat murid-muridNya (dan pasti kita akan belajar juga doooonggg)
Perempuan ini sedang ditest dengan sangat berat, biasanya jika ada permintaan begini, Yesus juga menguji yang bersangkutan. Perhatikanlah mujizat-mujizat kesimbuhan pasti ada pertanyaan test nya “apakah kamu mau sembuh?” . Pengemis buta yang mau disembuhkan kan juga ditanyakan hal serupa, sebagai sebuah test, dalam kesembuhan ada konsekwensi juga, apakah mereka siap dengan segala konsekwensinya?

Sama seperti Elijah yang memberikan test pada janda di  Sidon, Yesus memberikan test pada perempuan ini sebelum meluluskan permintaannya. Penting bagi Rabbi untuk memberikan pelajaran dengan merujuk pada perjanjian Lama untuk menegaskan tindakan atau pengajarannya. Dan sebagai orang Israel, orang Yahudi, seharusnya murid-murid Yesus juga familiar dengan kisah ini, apalagi Elijah adalah salah satu nabi besar, nabi yang sangat dihormati di Israel disamping Musa. Tak heran kemunculan Yohanes dan Yesus dihubungkan dengan Elijah, dan di Mount Transfiguration muncul juga sosok Musa dan Elijah.

Eh jadi ngelantur.  Balik lagi kita ke Sidon.

Murid-murid Yesus pasti mengamati persitiwa ini sebagai sebuah bentuk pembelajaran, ya memang demikianlah proses belajar mengajar rabbi pada masa itu, murid-murid mengamati apa yang rabinya lakukan dalam menyelesaikan suatu masalah dan kemudian ada tanya jawab.  Yesus mengambil setting Elijah sebagai sumbernya, sumber yang memiliki otoritas, Nabi Elijah pernah menolong seorang perempuan Sidon, nah Yesus akan melakukan hal yang sama, murid-murid yang mengamati seharusnya juga berpikir pada peristiwa Elijah dan janda Sidon tersebut. Sehingga apa yang Yesus lakukan bukanlah pelanggaran, karena pernah ada juga yang melakukanNya dan TUHAN terlibat pada masa itu.

Dalam proses pembelajaran ini hasil akhirnya akan luar biasa, bagi para murid apalagi bagi perempuan siro Fenisia tersebut. Yesus tidak hanya menyembuhkan anak perempuan dari perempuan siro Fenisia ini tetapi juga memberikan kehormatan kepada perempuan ini, kisahnya akan abadi, yang akan terus diceritakan dari masa ke masa. Awesome!!!

Percayalah jika TUHAN seperti sedang memberikan ujian, berserah saja, ikuti saja. Kisahmu nanti tidak akan hanya berguna bagi dirimu sendiri saja tetapi juga menjadi kesaksian bagi orang lain dan mereka pasti akan terberkati dan belajar sesuatu.

Test atau ujian kepada perempuan ini ada tiga tahapan, silakan lihat catatan Matius, dalam catatan Markus hanya ada dua kali.

Test yang pertama, Yesus merespon dengan diam saja dan tidak membalas teriakan perempuan ini meski memanggilnya dengan nama “Anak Daud”. Kalau saya mungkin ketika tidak digubris, ketika didiamkan padahal sudah teriak-teriak dengan keras pasti  saya akan tinggal orang itu. Pada masa tersebut, jamannya patriacal seperti disebutkan diatas, sebuah tatanan dunia dimana pria memiliki posisi lebih tinggi dari perempuan. Seorang pria apalagi seorang rabi tidak pantas berbicara dengan perempuan, apalagi perempuan kafir, non Yahudi, ditambah lagi sekarang Yesus popular dan sangat dihormati. Yahudi menganggap dirinya sebagai bangsa yang terhormat dan tidak layak berhubungan dengan kafir.

Dengan tidak mengindahkan teriakan perempuan ini, seolah Yesus mendukung tradisi yang ada, dan murid-muridNya juga mendukung tindakan ini. Murid-murid ini menyangka Yesus memang tidak akan mau berbicara atau membalas perkataan perempuan ini, makanya murid-murid bilang
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”

Hal yang sama pernah terjadi pada pengemis buta, yang juga diusir oleh para murid, dikiranya Yesus tidak akan memerhatikan pengemis buta tersebut.

Yesus jengkel atau marah dengan sikap murid-muridnya terhadap perempuan dan bangsa non Yahudi,
Yesus ingin murid-muridNya juga bisa menghargai mereka, sementara cinta kasih sang perempuan kepada anaknya dan keyakinan perempuan tersbut pada diri Yesus sangat berkesan bagi Yesus, yakin bahwa Yesus akan menyembuhkan anaknya meski dia adaah bangsa kafir, perempuan ini pervaya bahwa kasih Yesus juga berlaku buat bangsa lain. 

Yesus akan memakai kesempatan kali ini untuk menolong perempuan ini karena keteguhannya dan cinta ibu pada anaknya dan juga untuk memberi pelajaran dan menantang para murid untuk menghilangkan prejudice mereka yang telah mengakar terhadap perempuan dan bangsa asing, mereka harus merubah paradigm nya terhadap perempuan dan bangsa asing, bangsa non Yahudi.

Cara Yesus mengajar murid-muridNya lembut, cerdik namun sangat ampuh. Yesus tidak langsung menegur mereka atas sikap mereka yang negative tersebut namun sebaliknya jawaban Yesus seolah-olah setuju dengan pendapat para murid, seolah Yesus berkata dalam hatinya dan melihat kearah para murid,

“Aku akan mengikuti pola pikir kalian yang sempit itu. Aku akan membentaknya dan semoga dia langsung pergi sendiri, sebagai Rabi yang dihormati aku tidak berbicara kepada perempuan, apalagi perempuan kafir. Jika aku berbicara kepada perempuan ini bisa-bisa seperti kekwatiran kalian, kita semua diusir oleh masyrakat disini. Nah Jika perempuan ini ngeyel aku akan bilang padanya bahwa pelayanan kesembuhan ini hanya khusus buat orang Israel, dia gak punya pilihan lagi pasti akan segera pergi”

Sehingga keluarlah perkataan Yesus pada perempuan tersebut Yesus bunyinya seperti yang ditulis oleh matius:

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Pesan tersebut  oleh  para muridNya ditangkap seperti ini:

“Ya aku akan segera mengusir perempuan ini, kita tidak punya waktu buat sampah seperti dia”

Pada perempuan tersebut akan ditangkap seperti ini ;

“kamu adalah perempuan Kanaan, perempuan Siro Fenisia,perempuan kafir! Aku adalah Anak Daud, kamu tidak termasuk dalam tugasku di bumi ini, aku hanya diutus untuk anak-anak Israel, jadi mengapa aku harus memperdulikan kafir sepertimu?

Inilah ujian pertama tersebut, apakah perempuan ini menangkap kode tersembunyi  yang Yesus berikan atau tidak. Perempuan ini tidak bergerak, tetap pada tempatnya dia percaya bahwa Yesus tidak bermaksud mengusirnya. Dengan tidak pergi dan tetap pada tempatnya perempuan ini lolos pada test/ujian pertama.

Segara disusul dengan ujian/test kedua. Apakah kepeduliannya kepada anak perempuannya sungguh-sungguh dalam dan nyata atau tidak. Dan apakah dia benar-benar percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus juga buat semua orang bukan hanya yahudi saja. Ujian berikutnya sama seperti membanting pintu didepan mukanya, penolakan mentah-mentah disertai hinaan kasar. Bagaimana respon perempuan ini menentukan dia lolos ujian kedua atau tidak. Mari kita lihat

Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)

Markus mencatat demikian:

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Catatan Matius malahan menambahkan bahwa perempuan ini mendekat dan menyembah dan berteriak dan menyebutkan sebutan gelar messianic, TUHAN. Response ini membuatnya lulus di ujian kedua.

Hati yang keras sekalipun pasti akan meleleh dengan aksi dramatic perempuan ini. Yesus tidak segera menolong dan memakai kesempatan ini untuk memberi pelajaran berharga para murid yang memiliki pandangan sempit.   
Seolah Yesus berkata dalam hatinya kepada para murid:

“baiklah, kalian semua pasti akan senang  jika aku segera mengusir perempuan ini, dan hanya membatasi pelayanan ini hanya pada anak-anak Israel saja. Aku akan tunjukkan arah teologi kalian yang memilki pandangan sempit ini dan kita akan lihat bagaimana response perempuan asing ini yang menurut kalian sampah”

Perkataaan Yesus berikutnya adalah ekspresi nyata atas pandangan sempit teologi para murid dan orang-orang kebanyakan yang ingin perempuan asing ini diusir dan tak perlu dilayani karena dia bukan bagian “kita”

Bahasa yang Yesus gunakan pada perempuan Siro Fenisia ini sangat kasar.  Anjing sangat dibenci, adalah binatang hina di Timur Tengah, dalam budaya dan tradisi disana, hampir sama dipandang rendahnya  sama seperti babi. Walaupun memang babi adalah yang paling hina. Anjing disana tidak dipelihara, tetapi dibiarkan berkeliaran untuk berjaga-jaga disekitar lingkungan yang makanannya sampah.

Tidak mengindahkan seorang pengemis, cuek terhadapnya adalah hal biasa, namun menghinanya dengan bahasa kasar menyamakan dengan anjing adalah sesuatu yang sangat kasar dan parah.
Pemakaian kata “anjing” ditujukan untuk memberi pelajaran pada para murid untuk menyentuh hati mereka.

“Aku tahu orang-orang kafir kalian samakan dengan anjing dan kalian ingin aku juga memperlakukan mereka seperti anjing! Tetapi perhatikanlah, kali ini dugaanmu salah… Apakah hati kalian nyaman menyaksikan semua ini?”

Response perempuan berikutnyalah yang menentukan dia lolos ujian ketiga, ini puncaknya, bagaimana perempuan ini handle penghinaan yang tiada tara ini dari seorang rabi yang dia kenal penuh belas kasihan dan selalu menyembuhkan orang. Cinta, kasih sayang nya kepada anak perempuannya dan keyakinan imannya bahwa Yesus sanggup berkuasa menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus melampaui batasan bangsa dan gender akan menentukan bagaimana dia merespon.
Perempuan tersebut merespon dengan sangat luar biasa

Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar 7:28)

Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)

Imannya memberikan ganjaran!
Yesus menjawab:

Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:28)

Perempuan ini lulus dengan nilai cum laude! Dengan nilai yang sangat tinggi.

Perempuan ini menerima penghinaan tersebut dan dengan cekatan membalasnya dengan ringan dan sedikit humor disana.

“ Benar tuan, dimata tuan pastilah hamba ini selayaknya seekor anjing, dan anjing memang tidak layak mendapatkan sesuatu dari tuan, namun anjing memakan remah-remah yang terjatuh atau dijatuhkan dari meja tuan.  Engkau adalah Tuanku. Hamba tahu bahwa tuan sanggup menyembuhkan dan tuan memiliki rasa belas kasihan buat semua orang. Tidakkah tuan memiliki remah-remah untuk dilemparkan kepada anak perempuan hamba ini?”

Sementara itu murid-murid pasti memperhatikan dengan seksama kejadian demi kejadian. Pastilah mereka bergumam, di seluruh Israel tidak diketemukan kegigihan seperti perempuan ini, yang percaya penuh pada penuh pada pribadi Yesus Kristus ini, respon perempuan ini sungguhlah mengejutkan bagi para murid, apalagi dengan paradigm sempit mereka atas perempuan dan bangsa asing.

Paradigm baru terbentuk, inilah TUHAN sesungguhnya penuh kasih dan sayang, yang lewat pribadi Yesus menunjukkan belas kasihannya kepada semua orang.

Sekaligus juga peristiwa dramatic ini akan terus mengingat iman perempuan Firo Fenisia kapanpun Injil diberitakan, sama seperti iman perempuan yang yang mengurapi Yesus di rumah Simon, kisah mereka menjadi abadi, kemana dan kapan saja Injil diberitakan oleh siapapun juga kisah iman perempuan-perempuan ini pun akan turut diceritakan.

Pas banget dengan Hari Perempuan International! Woooow!!!

Iman perempuan Siro Fenisia ini ditunjukkan saat dia tidak pernah menyangsikan sedikitpun keyakinannya akan Yesus, bahwa keselamatan adalah untuk semua orang, baik Yahudi maupun non Yahudi. Perempuan Siro Fenisia ini mengaku dengan mulutnya Yesus adalah Tuhan. Terakhir adalah kesediaannya untuk membayar harga atas keyakinannya tersebut, berapapun harganya, penolakan, pelecehan atau penghinaan didepan umum, semua dilakukannya karena dia yakin menerima  kasih karunia lewat pribadi YESUS.

Perempuan ini merendahkan dirinya sampai pada posisi seekor anjing, dia memilki keyakinan, memiliki iman bahwa remah-remah pun cukup buat dirinya. Imannya ini dipuji oleh Yesus dan menempatkannya ditempat yang terbaik. Dan juga perempuan ini memiliki hikmat dan pengertian, dia rela bersikap selayaknya anjing sebagai respon, sampai mendapatkan apa yang dia butuhkan semenjak pertama datang mendekat kepada Yesus.

Sebuah drama epic kasih seorang ibu membawanya pada kegigihan yang didasari serta dibalut dengan imannya kepada Yesus, membuahkan narasi yang tak lekang oleh jaman.


Sebagai penutup pernah dengar bahwa TUHAN menyayangi kita seperti seorang ibu bahkan lebih daripada itu. Perempuan Siro Fenisia adalah seorang ibu, dia sangat menyayanginya dan menempuh apa saja demi anaknya, TUHAN lebih daripada semua ibu

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya,
Aku tidak akan melupakan engkau.
(Yesaya 49:15)

1 comment: