Tahun ini kembali membaca Alkitab
per buku, Bulan Januari saya dedikasikan untuk membaca semua Kitab Injil. 3
pasal mazmur per minnggu (dihapalkan jika perlu) dan Amsal satu pasal sehari.
Hari minggu ini menutup
pembacaacn saya injil Markus, ada satu perikop yang memberkati saya sebuah
kisah sederhana dari orang yang sangat sederhana namun memahami Firman TUHAN
dengan memiliki iman yang sederhana. Belaja dari perempuan yang sakit
perdarahan.
Sebab katanya: "Asal kujamah
saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya
dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu
juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia
berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah
jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana
orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang
menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang
telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika
mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan
Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya
kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" (Mar 5:28-34)
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan
sembuh."
Ini iman yang sangat luar biasa
asal jamah jubahnya pasti sembuh! SEDERHANA namun POWERFUL, tidak melakukan
sesuatu yang aneh bukan? Meskipun menuju kesana perempuan ini mesti berjuang
luar biasa, namun kenapa mesti jubahnya
Kitab markus tidak meberikan
detail, hanya mengatakan jubah tetapi lukas yang dikenald engan kedetailannya
memerikan informasi yang lebih kepada kita.
Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. (Luk 8:44)
she slipped in from behind and touched the edge of Jesus' robe (kraspedou). At that very moment her hemorrhaging stopped. Luke 8 (The Message)
Bandingankan dengan yang dikatakan di kitab bilangan
"Speak to the People of Israel. Tell them that from now on they are to make tassels (tzitzit) on the corners of their garments and to mark each corner tassel with a blue thread. Bil 15:38 (The Message)
Tzitzit atau fringes/ tassel =
pinggiran/ rumbai, disebut kraspedou = the fringe of a garment =
pinggiran/rumbai baju
Orang-orang Israel tidak
sembarangan dalam berpakain sehari-hari, apalagi seorang rabbi yang disegani
seperti Yesus, kita lihat pakaian tradisional yang dipakai oleh orang-orang
Yahudi diperintahkan oleh TUHAN.
ayat diatas dalam bahasa Indonesia dan Ibrani :
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan." Bil 15:38
Daber el-Benei Yisrael veamarta alehem veasu lahem Tzitzit al-kanfei vigdeihem ledortam venatnu al-Tzitzit hakanaf petil tekhelet
Kitab Bilangan mengajarkan
pengenalan kepada Allah, supaya orang-orang Israel mengenal TUHAN, demikian
juga kita, Kitab Bilangan menggambarkan kerinduan TUHAN pertumbuhan akan iman
dari umat-Nya, hidup benar, ada reward dan ada juga balasan dan hukuman-Nya
atas pemberontakan, dan maksud TUHAN
pasti akan terlaksana, pasti akan terwujud.
Kitab Bilangan adalah
"Kitab Disiplin Ilahi" yg menunjukkan bahwa Allah memang
mendisiplinkan dan memperingatkan, memberikan hukuman umat-Nya sendiri ketika mereka terus mengeluh
dan tidak percaya (Bil 13:1 -- 14:45). Kitab bilangan adalah kitab iman. Tanpa
iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Israel tidak
beriman, memberontak dan tidak berterimakasih atas mujizat-mujizat dan
pemeliharaan Allah. Kitab Bilangan yang berbahasa Ibrani dikenal dengan nama
"Di Padang Gurun". Mencatat perjalanan bangsa Israel di padang gurun.
Lebih jelas tentang kitab Bilagan langsung saja klik Pengantar Untuk Bilangan.
Jumbai punca ungu
kebiru-biruan
Punca jubah umum diketemukan
dalam budaya timur tengah, mesir ataupun Mesopotamia, bagi bangsa bangsa ini
pemakian punca dengan hiasan hanya sebagai pemanis jubbah mereka.
Tetapi sama
seprti benda-benda lain yang disebutkan dalam Hukum Perjanjian Lama,
benda-benda ini seklaipin kecil mereka ada disana karean memiliki arti secara
yang dalam dan ada tujuannya kenapa diperintahkan memakainya. TUHAN memberikan
perintah selalu signifikan ada artinya, untuk selalu mengingat TUHAN dan
perintah-perintahNYA.
Kita lihat di Kitab bilangan
tujuan TUHAN dengan jumbai punca jubah ini:
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan. Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah TUHAN, sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap TUHAN. Maksudnya supaya kamu mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Allahmu. Akulah TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allah bagimu; Akulah TUHAN, Allahmu." (Num 15:38-41)
Jumbai jubah ini sebagai
pengingat dan garansi bangsa Israel TUHAN menyertai mereka selama mereka hidup
didalam hukum TUHAN.
Kata Tzitzit sendiri secara
harfiah berarti "kepang, anyaman". Dengan demikian desain Tzitzit
harus seperti yang dari jalinan / mengepang rambut yang desain sama dengan link
di rantai. Mengenakan tzitzit adalah perintah Alkitabiah, dalam Bilangan 15:38
dan juga dalam Ulangan 22:12, "Anda harus membuat diri benang memutar,
pada empat sudut pakaian Anda dengan yang Anda menutup sendiri." Menurut
Taurat, tujuan mengenakan tzitzit adalah untuk mengingatkan orang-orang Yahudi
dari kewajiban agama mereka. Selain itu, ia berfungsi sebagai pengingat keluar
dari Mesir (Bilangan 15:40).
KEPASTIAN HUKUM MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN KEPADA ORANG ISRAEL
KETIKA MEREKA HIDUP DILUAR HUKUM,
MAKA PERLINDUNGAN ITU TIDAK ADA LAGI PADA HIDUP MEREKA
Kita beralih pada warna biru
keunguan. Bahasa Inggris Alkitab Terjemahan biasanya menerjemahkan kata Ibrani
tekhelet, yaitu warna "biru"..
"Blue" mungkin
terjemahan bahasa Inggris yang paling sederhana dari istilah tekhelet, tetapi
seperti yang sering terjadi dalam menterjemahkan bahasa Ibrani, sesuatu nuansa
yang hilang.
Tekhelet pada orang-orang ibrani purba dipakai untuk menunjukkan adalah warna langit. Tekhelet ukan warna langit seperti
yang kita tahu siang hari. Tekhelet adalah warna langit di tengah malam, saat langit
bersih dan hanya ada bintang tanpa awan, pada saat kita sendirian di malam
hari, dan melihat langit serasa kita dekat dengan PENCIPTA LANGIT, ALAM
SEMESTA, serasa kita dapat menjangkau Allah, dan itulah yang tekhelet yang
mengingatkan kepada Allah. Warna ini yang dipakai dalam bendera Bintang David negara Israel
Benang berwarna biru yang ikut
terjalin dalam kepangan tzitzit, melambangkan kehadiran Allah dalam kehidupan
yang mentaati perintah Allah. Perintah ini sepertinya sepele dan terkesan
sangat religius yang statis, tetapi Tuhan benar-benar serius dengan Bangsa
Israel. Perintah yang dibuat bukanlah untuk menyusahkan hidup Israel itu
sendiri tetapi justru untuk memudahkan Israel untuk mendapatkan perhatian dari
Allah. Kitab Bilangan adalah kitab iman, dimana Tuhan mengajarkan iman kepada
bangsa Israel. Artinya Tuhan mengajarkan kterbergantungan Israel kepada Tuhan
sendiri melalui mentaati perintah-Nya itu. Walaupun Bangsa Israel memberontak
terhadap Tuhan, sepertinya Tuhan masih saja memberi peluang 'reward' bagi siapa
yang mentaati Dia. Nature Allah adalah diberikan penghormatan. Ketika kita
dapat menghormati Allah, seperti kita menekan tombol yang benar untuk membuat
Allah mengarahkan mata-Nya kepada kita dan memberikan apa saja yang kita minta.
Tuhan ingin kita aman di bawah
perlindungan hukum-hukum-Nya itu. Penyebab manusia jatuh dalam dosa adalah
keinginan manusia untuk keluar dari perlindungan hukum Allah itu, manusia
merasa tidak 'aman' berada di bawah hukum Allah dan mencari perlindungan yang
baru, yang dia pikir dapat membuat 'aman' hatinya. Manusia memilih hukum lain
yang bukan hukum Allah untuk 'merasa aman' di situ. Jika sudah keluar dari
hukum Allah, maka manusia tak perlu taat kepada hukum Allah itu tetapi hukum
lain yang baru dianutnya itu. Ini membuat Allah marah terhadap manusia, oleh
sebab itu manusia dikatakan telah memberontak terhadap Allah. Dosa ini seperti
dosa perselingkuhan, umat-Nya telah berselingkuh dan meninggalkan Dia. Tak
sadar manusia telah tergadai dan menjadi budak pada majikan barunya yang
mempunyai hukum lain itu. Oleh sebab itu Allah mengirimkan Anak-Nya sendiri
untuk menebus, mengambil kembali umat-Nya yang telah tergadai itu. Tebusannya
tidak tanggung-tanggung, darah Anak-Nya sendiri. Allah harus relakan Anak-Nya
disembelih demi untuk mendapatkan kembali umat-Nya itu.
Jadi punca, jumbai, ujung
jubahnya, tzitzit yang berwarna langit biru tengah malam, melambangkan
kehadiran TUHAN dan dalam Kehadiran TUHAN ada kepastian janjiNya dan garansi
akan KEPASTIAN HUKUM dan KETETAPANNYA.
Ketika orang-orang Israel memaki Tzitzit Tekhelet ini atau melihat orang yang memakai Tzitzit Tekhelet ini, mereka diingatkan akan Kehadiran TUHAN dalam kehidupan sehari-hari dan didalam hadiratNya ada kuasa dan hadiratNYA membawa pembebasan, hadiratNya berarti janji akan ditegakkan sesuai dengan Hukum yang diberikannya pada orang Israel di padang gurun.
Pemakaian jubah dengan jumbai
atau tzizit tidak lagi umum bagi orang kebanyakan tetapi masih dipelihara oleh
orang-orang Lewi, bangsawan dan orang-orang terpandang terpelajar, seperti para
Rabbi dan, orang awam pun masih bisa melihat dalam kehidupan mereka sehari, bahkan sekarang di era israel modern jika kita berkunjung ke Israel kita bisa menemukan orang-orang Yahudi memakai Tzitzit ini. Yesus pada jaman itu adalah seorang Rabbi Yahudi, jadi hampir
dipastikan bahwa Yesus memakai jubah dengan tzizit.
Ketika perempuan yang pendarahan
itu menyentuh ujung jumbai (tzitzit/ kraspedou) jubah Yesus, seketika itu juga
ia menjadi sembuh, dan Yesus merasakan seperti ada kuasa yang keluar dari
diri-Nya,
"Siapa yang menjamah Aku..... Ada seorang yang menjamah Aku, sebab aku merasa ada kuasa yang keluar dari diri-Ku".
Ketika kita berani datang kepada
Allah dan menyentuh-Nya dengan hormat (dengan iman), maka perhatian-Nya akan
tertuju kepada kita. Apa yang kita minta segera mengalir untuk kita. Asalkan
kita mau tunduk dan bernaung dalam hukum-Nya, kuasa TUHAN akan turun maka berkat itu akan tercura, sesuai dengan kebutuhan kita
Perintah-Nya itu bukanlah untuk
menyulitkan kita tetapi justru memudahkan kita mendapatkan apa yang kita minta.
Yesus berkata "mintalah maka kamu akan diberi", sederhana dan tidak
terdengar religius.
Malahan muridnya meminta hal yang
ribet, religius, berpola, dan sistematik "ajarkan kami berdoa seperti
Yohanes mengajarkan murid-muridnya". Yesus tidak menolak untuk menjawab permintaan
mereka, Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, yang sampai saat ini masih
diliturgikan di beberapa gereja, inipun baik adanya, karena ini adalah ajaran Yesus
sendiri.
Namun kita dapat melihat keseluruahan di Lukas 11, bahwa Yesus mengajarkan hal lain
yang lebih simpel dan ga religius sama sekali, dan memberikan penekanan khusus,
sampai memberikan ilustrasi supaya murid-murid mengerti, cukup berkata
"mintalah maka akan diberi".
Perempuan ini jika memikirkan liturgy atau
cara-cara bagaimana mendekati yesus pada saat itu, tidak mungkin, sebab dia
sakit berdarah, najis, jika ketahuan maka nyawanya melayang, bukan kesembuhan
yang didapat namun kematian, namun dia tahu seperti di perjanjian lama pun
seharusnya orang Israel tinggal minta saja, tidak perlu melakukan hal-hal lain
karena hadirat TUHAN bersama mereka, temukan dan hampiri dengan ketakjuban dan
iman. Ini yang dilakukan oleh perempuan tersebut dan dia mendapatkan hal terpenting
yang sangat dia butuhkan. KESEMBUHAN.
Beriman kepada Tuhan Yesus
Kristus berarti, bersandar pada-Nya, bersedia hidup di bawah Firman yang Dia
ucapkan. Jubah yang berbeda, yang ber-'tzitzit' itu membuat orang yang
memakainya menjadi berbeda. Orang yang taat akan Firman terkadang (tapi ga
selalu lohh) akan terlihat lebih aneh, nyentrik, berbeda, "gw beda",
namun esensinya adalah ketaatan kita akan hal-hal yang terlihat sepele
menentukan hal-hal besar yang akan diberikan-Nya sebagai tanggung jawab.
Kekristenan akan menjadi lebih masuk akal ketika kita mau taat terhadap hal
kecil (tidak menunggu hal besar dulu -- menghadapi hal yg terlihat mustahil
baru kelimpungan cari Tuhan, makanya terlihat jadi lebih aneh dan freak).
Jika
kita sudah terbiasa mentaati perintah Tuhan yang terlihat sepele/ kecil/
sederhana banget maka kita tidak perlu
mengeluarkan usaha yang terlalu besar untuk menghadapi perkara yang terlihat
lebih besar dan memerlukan ketaatan yang lebih besar pula, karena otot rohani kita dan insting dan intuisi kita pastinya sudah jauh lebih terlatih.
Perempuan sederhana ini tahu, apa
makna dari Tzitzit ini, ada otoritas TUHAN dilambangkan oleh pribadi yang
mengenakan Tzitzit, oleh sebab itu dia memberanikan diri untuk menyentuhnya
dengan hormat, dengan kekaguman akan langit tengah malam, menjamah dengan iman,
sehingga dia mendapatkan apa yang dia seharusnya dapatkan, sesuai dengan
garansi, sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku.
Ahhh jadi kangen langit tengah
malam di sabana Merbabu!
Kapan kita ke gunung lagi kawan?
Mengawali Tahun yang baru ini, yuuk ah belajar taat dari hal yang sederhana, dan selalu ingat bahwa TUHAN hadir dalam hal-hal yang paling sederhana, yang kita temui sehari-hari, Kuasa TUHAN nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Saat kita memandang langit tengah malam, kita tahu bahwa TUHAN berkenan ditemui dan disapa!
Dan DIA rindu supaya kita datang menemuinya, tidak hanya karena kita punya kebutuhan tetapi kita datang karena kekaguman atas kasih sayangNya kepada kita
No comments:
Post a Comment