Wah udah balik lagi, pasti ngga
malam mingguan nih? Tau aja! Eh sudah dulu lah bahas yang itu, sekarang balik
lagi lanjutan yang diatas, tentang membangun dalam konteks situasi yang
dihadapi oleh Nehemiah dengan pedang dan sekop.
Dalam konteks membangun diri
sendiri, lalu membangun keluarga atau membangun komunitas. Kita akan teringat
pada kisah Juru Minum Raja yang kemudian menjadi Bupati. Sebuah karir politik
yang melejit cukup luar biasa. Kita akan teringat yang namanya Nehemiah ketika
pulang ke Yerusalem dari pengasingan dan kemudian mulai membangun lagi
reruntuhan tembok Yerusalem. Situasi yang hampir sama yang Yesus singgung
ketika berbicara dengan murid-muridNya sebelum ditangkap, dalam konteks menggunakan
pedang atau senjata, namun masih tetap membangun dan bekerja. Mari kita baca di
Nehemiah.
Sejak hari itu sebagian dari
pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak,
perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di
belakang segenap kaum Yehuda yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul
dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang
lain mereka memegang senjata. Setiap orang yang membangun bekerja dengan
berikatkan pedang pada pinggangnya, dan di sampingku berdiri peniup sangkakala.
(Nehemiah 4:16-18)
Ada frase Sejak hari itu, jadi
situasi yang berbeda. Ada perubahan dari situasi awal, ada perubahan dari
situasi normal. Sejak kapan? Apa yang terjadi?
Ketika Sanbalat
dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa
pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai
tertutup, maka sangat marahlah mereka. Mereka semua mengadakan persepakatan
bersama untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana. (Nehemiah 4:7-8)
Musuh melihat progress yang luar
biasa dari pembangunan tembok Yerusalem, mereka mulai cemas dan kemudian mereka
mulai meningkatkan masalah kepada orang Israel. Pertama-tama mereka hanya
mencemooh dan menghina saja, meruntuhkan mental orang-orang Yahudi. Namun
siasat ini tidak berhasil. Nehemiah mampu memimpin bangsa ini untuk focus membangun,
kemajuan tercapai lobang-lobang tembok mulai tertutup. PROGRESS membuat musuh
CEMAS, dan PROGRESS membuat musuh meningkatkan serangan mereka. Semakin tinggi
pohon tumbuh, semakin kencang angina bertiup.
Situasi berubah! Hikmat
diperlukan, perlu pendekatan berbeda, perlu cara yang berbeda juga. Dan lihatlah
apa yang dilakukan Nehemiah:
Tetapi kami berdoa
kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam
karena sikap mereka. (Nehemiah 4:9)
Yes!!! Yang dilakukan Nehemiah
dan orang-orang Yahudi pertama kali ketika menemui masalah adalah BERDOA!
Keren!!
Dan tidak berhenti sampai disitu saja,
lamgkah berikutnya adalah BERTINDAK!!
Maka aku tempatkan
rakyat menurut kaum keluarganya dengan pedang, tombak dan panah di
bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di belakang tembok, di
tempat-tempat yang terbuka. Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata
kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain:
"Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar
dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki
dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu." (Nehemiah 4:13-14)
Jadi yang dilakukan Nehemia
ketika situasi berubah :
BERDOA
BERTINDAK
STRATEGIS
MEMPERKATAKAN
FIRMAN TUHAN
Dalam bertindak strategis
Nehemiah tidak sembarangan, tetapi penuh perhitungan. Dan Nehemiah memakai
basis keluarga untuk pembangunan dan pertahanan. Perhatikan Nehemiah
menempatkan rakyat menurut kaum keluarganya dengan pedang, tombak dan panah.
Nah kalau kita kembali kepada
bagian awal Nehemia, Nehemiah 3 ada begitu banyak daftar nama disana yang
ditempatkan per wilayah.
Jadi masing-masing keluarga,
masing-masing komunitas bertanggung jawab atas wilayah tanggung jawab nya
masing-masing, dan ini semua tersambung dalam satu ikatan besar membangun
tembok yang utuh.
Inilah yang terjadi,
masing-masing komunitas berjaga dan membangun di area tanggung jawabnya
masing-masing, tangan mereka kanan dan kiri masing masing bekerja berbeda, satu
tangan memegang senjata, satu tangan untuk bekerja, mengangkut, memikul atau
pekerjaan lainnya, sementara yang lain juga dalam posisi yang sedemikian rupa
saling menjagai satu dengan yang lain. Wow luar biasa!!
Jika satu bagian saja kena
ancaman, berarti ancaman bagi seluruh pekerjaan. Dan masing-masing komunitas
mempunyai tanggung jawab yang sama membangun area nya. Tentunya anggota
keluarga yang terlibat pastilah siap sedia, orang-orang yang sudah terbangun
kan. Semangat mereka yang sempat rontok dibangun dengan doa, dibangun dengan
tindakan strategis yang nyata dan kemudian dikuatkan dengan memperkatakan
Firman TUHAN dan basisnya adalah komunitas, basisnya adalah keluarga. Keluarga
yang bisa membangun adalah keluarga yang berdoa bersama-sama, keluarga yang
melakukan strategi dengan satu komando, keluarga yang selalu memperkatakan
FIRMAN TUHAN. Lihat apa yang terjadi setelah itu semua dilakukan, pekerjaan
membangun Tembok bisa dilanjutkan lagi. Komunitas yang bisa membangun adalah
komunitas yang berdoa bersama, saling mendoakan, komunitas yang saling
menguatkan satu sama lain, bertindak dalam satu symphony, dan tidak lupa selalu
mengingat dan memperkatakan FIRMAN TUHAN bersama.
Tetap bekerja,
tetap berpedang, tetap berkarya dan terus berjaga jaga!
Let’s do those together!! We are
family!
Mario Puzo wrote, “ The strength
of a family like the strength of an army, is in its loyalty to each other”
A Gems to read for, Thanks for Sharing Pete!
ReplyDeleteThank you Valery, my bro!
ReplyDelete