Friday, August 31, 2018

Tziporah dan Musa

...
One Year Bible Reading JPCCDate

Sebagai bagian dari JPCC ikut juga membaca secara berjamaah Membaca Alkitab setahun yang dimulaikan sejak Februari kemaren. Disamping saya juga membaca Kronologis yg sdh dimulai sejak 1 januari dan ambil source yang berbeda.

2 Maret 2017 bacaan kita hari ini adalah Keluaran 4-6.

Adu ngeyel antara Musa dan Tuhan,  transformasi Musa luar biasa, dari seorang yg ngeyelan gini... sampai menjadi pribadi yang lembah lembut, humble ... very humble!!!

Lihat Bilangan 12:3..

Menurut saya ada peran istrinya, Tzipora dalam transformasi ini. Setujukah para wanita?

Akhirnya pun Musa ga bisa lagi berbantah, ga bisa lagi protest! Siap melaksanakan tanggung jawab.

Nah ada ayat yg menarik yg sering ditanyakan...

Keluaran 4:24 (TB)  Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.

What?
TUHAN mau membunuh Musa?
Anda pasti bercanda!!!!

Mengapa hanya karena anak2 musa belum disunat Tuhan mau membunuh seorang yg dipilihnya dan baru saja menerima tugas tersebut?
Ngga masuk akal...
memang gak masuk akal..

Biarkan text menjelaskannyaa.

Cara menjelaskan atau menyelesaikan suatu persoalan dalam alkitab yang saya bagikan di workshop BIBLE EVERYDAY salah satu nya adalah melihat terjemahan lain...

kali ini NLT dibawah ini akan cukup menjelaskan.

On the way to Egypt, at a place where Moses and his family had stopped for the night, the Lord CONFRONTED him and was about to kill him...

Tuhan tidak ada niat membunuhnya.. jika Tuhan mau membunuhnya udah langsung aja bunuh...

Yang terjadi adalah Tuhan confront Musa, bisa jadi terjadi suatu argumen sengit... lihat diatas Musa ini ngeyelan

Musa enggan utk menyunat anaknya...

Tetapi apa jadinya nanti sesampai di Israel jika pimpinan yg katanyanya diangkat Tuhan sendiri tetapi kok tidak melakukan sunat sebagai tanda umat pilihan Tuhan.

Musa akan menghadapi banyak masalah nantinyaaa.. katanya Tuhan suruh jadi pemimpin umat Tuhan ... lha kok tanda sebagai umat Tuhan ngga dilakukan, Kej 17:10.

Tziporah turun tangan!!!
Seorang istri turun tangan.

Saya pikir Tziporah sudah berargumen dg Moses utk segera nyunatin anaknya... bisa jadi Musa ngeyel seperti biasaaa. Gak nurut istri.

Seorang istri yang baik, merespon dan berinisiatif. Dia langsung menyunat anaknya sehingga Tuhan meninggalkan Musa... after that the Lord left him alone, artinya Musa selamat.
Tziporah menyelamatkannya
Seorang istri menyelamatkan suami...

Oleh sebab itu benar yang alkitab katakan... tidak baik manusia itu seorang diri!!!

Dan seorang istri itu mendukung suaminya dan selalu ada di samping suaminya..

Hey para singles.... apa kabarmu?

Monday, March 12, 2018

REJOICE WITH ME! [Luke Lima Belas]



Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem, sementara orang-orang Farisi yang bersungut-sungut terus mengincarNya dengan memasang siasat untuk menjebak dan membunuh-Nya.


“Orang ini makan sehidangan dengan orang berdosa! Tidak layak, tidak patut!”

Orang-orang Farisi memandang diri mereka sebagai Pilar Rumah Israel; Penjaga Bangsa; orang-orang kuat, kokoh, keras dan berpendirian kuat.

Dari antara kerumunan orang-orang Farisi yang bersungut-sungut, terdengarlah suara sang Gembala berkata, 
“Bersukacitalah bersama-Ku!”

Yesus mengundang orang-orang Farisi dan ahli Torat untuk bergabung dengan Yesus dan tamu-tamunya yang lain yang sudah ada didalam ruangan.

Lewat narasi sang Gembala, Yesus Kristus mengundang orang-orang Farisi untuk ikut bersukacita, memenuhi hatinya dengan sukacita yang melimpah dan menyambut dengan sukacita kembalinya orang-orang berdosa dalam hubungan bersama dengan TUHAN.

Sukacita sang Gembala lepas, bebas dan meluap-luap, tetapi Pilar yang kokoh itu merasa terancam. Sungguh sangat aneh kenyataan yang terjadi saat itu. 

Demikianlah kira-kira latar belakang yang terjadi sebelum Yesus memberikan perumpamaan yang sangat terkenal, yaitu perumpamaan tentang kehilangan.
Sikap dari orang-orang Farisi yang bersungut-sungut terhadap apa yang Yesus lakukan bersama dengan orang-orang buangan pada masa itu memicu Yesus untuk menceritakan sebuah perumpamaan.

Menceritakan sebuah perumpamaan adalah cara yang wajar dan umum bagi para rabbi pada jaman itu dan Yesus adalah rabbi Yahudi yang memiliki reputasi dengan pengikut banyak,  namaNya sudah dikenal luas pada masa itu. Bayangkan lima ribu orang mau duduk mendengarkan Dia bahkan mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi.

Yesus adalah seorang rabbi yang mumpuni dan terlatih. Jadi anggapan bahwa Yesus adalah tukang kayu biasa adalah anggapan yang tidak sepenuhnya benar. Nazareth pada masa kecil Yesus itu sedang ramai karena dekat dengan Sephoris yang masa itu Herodes Antipas sedang melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran, Yesus pasti juga ikut dengan bapaknya karena pasti diperlukan banyak pekerja dalam pmebangunan infrasturuktur ini.

Pada masa itu seorang Rabbi juga memiliki pekerjaan lain selain mengajar. Shemmai adalah seorang tukang batu, Rabbi Hillel adalah tukang kayu juga, Rabbi Saul adalah pembuat tenda. Nah, kerjaan mereka hanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Diantara waktu-waktunya dipakai untuk berkumpul di kelompok haberim, yang ada saat berkumpul mereka berdebat tentang Torah dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anak muda Yahudi memiliki kesempatan untuk bergabung di kelompok ini setelah mereka lulus dari Beth sepher. Jika mereka memutuskan untuk bergabung maka mereka harus berkomitmen sungguh untuk menjadi murid dari rabbi-rabbi ini dan berpartisipasi dalam diskusi/debat. Orang-orang Yahudi lainnya yang menghabiskan waktu luangnya di tempat lain dan tidak ingin berpartisipasi dalam debat tersebut tidak dapat masuk dalam kelompok ini. Para rabbi memanggil orang-orang yang demikian dengan sebutan am ha-aretz yang artinya orang-orang awam. Jadi bisa dipastikan Yesus bergabung dengan kelompok haberim ini, jenjang pendidikan ini disebut beth Talmud, jika lebih dalam lagi dan nantinya menjadi Rabbi maka akan berlanjut dengan Beth Midras.

Yesus sejak kanak-kanak sudah menunjukkan kepandaian dan keinginan untuk belajar dan mengajar (lihat di Lukas 2:41-51). Dengan melihat pola ini mudah sekali untuk kita berasumsi atau mengambil konklusi bahwa Yesus menghabiskan masa 18 tahun dengan senantiasa berdiskusi dengan para rabbi, orang-orang cerdik pandai dan bijaksana yang di Nazareth dan sekitarnya. Sehingga ketika usia tiga puluh tahun saat memulai pelayanan publik secara terbuka Yesus mampu menunjukkan kemampuan berdebatnya yang piawai sebagai seorang rabbi, maka tidaklah salah jika masyarakat memanggilnya Rabbi.

Bisa diambil konklusi bahwa Yesus adalah seorang master dalam memakai metaphora, perumpamaan, kiasan, menuturkan drama dalam menyampaikan pengajaranNya.
Metaphora, kiasan, drama, dan perumpamaan yang para rabbi pakai, termasuk Yesus pasti berkaitan dan dipengaruhi oleh budaya lokal dan latar belakang sejarah dan atau current events yang terjadi pada masa itu. Sehingga, ketika kita ingin memahami apa yang Yesus katakan, ajarkan dan kerjakan ketika Dia berjalan di Bumi ini, kita harus mengerti konteks budaya dan konteks sejarah Yahudi kala itu dan masa silamnya. Kita harus melepas kacamata budaya kita dan menggantinya dengan kaca mata budaya Yahudi. 
Meskipun Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, namun peristiwa dan tokoh dan tempat kejadiannya adalah di tanah Yahudi, sehingga benar-benar kita harus mempertimbangkan aspek Keyahudian Yesus Kristus yang adalah Rabbi yang mendapatkan pendidikan Yahudi abad pertama, yang menyampaikan pengajarannya kepada orang-orang Yahudi pula, mereka mengerti namun tak jarang juga tidak mengerti, apalagi kita. Audiens Yesus kala itu sama seperti rabbi pada umumnya, yakni para orang-orang terdidik, komunitas haberim, ahli-ahli Torat, orang Farisi, orang Saduki dan masyarakat awam. Selain orang-orang awam ini, mereka, kelompok lainnya , jika kita perhatikan di dalam Alkitab, mereka semua ini sering melempar pertanyaan untuk menjebak dan mengajak debat. Namun Yesus selalu piawai dalam jawaban yang cerdas yang membuat rakyat terpesona dan para terpelajar gelagapan.

Memahami perumpamaan yang Yesus berikan kita harus memasuki dunia dimana Yesus hidup pada jaman itu, hal ini akan membantu kita memahami simbol-simbol dari perumpamaan yang diberikan, bisa jadi simbol tersebut mewakili banyak hal dan hanya sang empunya cerita yang benar-benar tahu maksud sebenarnya dari simbol yang dia pakai dalam cerita perumpamaan tersebut.  Oleh sebab itu kita harus berupaya sungguh masuk kedalam cerita, apa yang mau Yesus sampaikan. Dan kita tahu  tujuan dari perumpamaan Yesus berikan di Lukas lima belas ini bahwa orang-orang Yahudi abad pertama memerlukan kasih karunia TUHAN untuk bebas dari dosa-dosa.


Kembali ke Lukas lima belas tadi.
Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka. Nah orang-orang Farisi dan ahli Torat tidak senang melihat pemandangan ini, sehingga ini membuat mereka bersungut-sungut. Menjawab gerundelan sungut-sungut Farisi dan Ahli Torat Yesus menjawab dengan perumpamaan dengan tujuan mengajak orang-orang Yahudi kalangan Farisi dan Ahli Torat untuk bersuka cita juga bersama-sama Dia dan saudara-saudaranya orang-orang yahudi juga yang sedang makan bersama-sama Yesus.

Jadi Lukas lima belas adalah satu perumpamaan yang ditujukan untuk menjawab sungut-sungut orang Yahudi. Satu Perumpamaan yang dibagi menjadi tiga babak. Jadi, tiga cerita ini adalah satu perumpamaan dengan cerita ketiga sebagai penutupnya yang sebenarnya juga bukan merupakan sebuah perumpamaan tetapi sebuah kisah yang audiens (orang Farisi dan Ahli Torat) kenal dengan baik.

Mengapa tiga cerita ini merupakan satu kesatuan? Perhatikanlah
Ada tiga contoh kehilangan, yang menunjukkan sebuah progresvitas, dari hilang diladang, kemudian hilang di dalam rumah terakhir kehilangan dalam sebuah keluarga. Dari jumlahnya kita lihat, kehilangan 1 dari seratus, kehilangan 1 dari 10, terakhir kehilangan 1 dari dua. Perumpamaan yang terakhir cukup penuh intrik, apakah kehilangan satu atau keduanya hilang atau yang menyangka hilang ternyata adalah terhilang?

Selain progresivitas, ada banyak pengulangan diantara ketiga cerita tersebut, yang jelas ada proses hilang dan kemudian diketemukan. Kemudian kita lihat ada usaha-usaha yang dilakukan untuk menemukan kembali yang terhilang tersebut. Ketika yang terhilang diketemukan diadakan sebuah pesta yang meriah dan semua orang diajak berpesta, didalam pesta pasti ada makan, cerita terakhir malahan dengan jelas dikatakan ada ternak tambun yang dipotong untuk pesta, ini bukan sembarangan ternak, tetapi ternak yang sengaja dipelihara untuk dipotong dan dihidangkan dalam acara-acara khusus.  Kita juga akan menemukan pengulangan tentang pertobatan, malaikat di Sorga bersukacita.

Jika kita perhatikan dengan teliti, setiap awal cerita dimulai dengan kata tanya. Hanya dicerita terakhir yang tidak ada kata tanya di awal cerita. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru dipakai kata “siapakah” dan “atau perempuan manakah”, tetapi hanya di babak tiga tidak dipakai kata atau kalimat tanya sebagai pembuka. Yesus membuka dengan perkatakan “ada seorang” dan ini adalah cara yang wajar dari seorang Rabbi untuk menyampaikan maksud dan pengajarannya. Permulaan cerita, tengah cerita, yang biasanya hampir sama dengan cerita permulaan diulang sehingga audiens menangkap maksudnya dan babak tiga adalah gongnya. Closing dengan cerita yang lebih panjang dan menegangkan dan hampir dipastikan saat cerita terakhir berakhir, para pendengar akan mengerti maksudnya, yang bermasalah akan merasa tertemplak dan harus buru-buru bertobat atau mengubah sikapnya. Dan ini terjadi di Lukas lima belas ini.
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." (Luk 15:1-2)
Badai dahsyat dapat dengan mudah terjadi di Danau Galilea. Nelayan kawakan seperti Peter dan Yohanes pun sering terjebak dalam badai. Bukan karena tidak tahu perhitungan, tetapi memang karena nature Danau Galilea yang dikelilingi perbukitan memungkinkan mudahnya terbentuknya badai. Lukas limabelas dimulai dengan suara gemuruh yang lebih menggelegar daripada suara guruh di ditengah danau. 
Tatanan keagamaan, tatanan kerohanian merasa terancam dengan datangnya sang Innovator. Lukas lima belas saat Yesus menceritkan perumpamaan ini, Dia dan murid-muridNya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan membiarkan badai terjadi dan kilat dan gemuruhnya menerpa dan menghantam tubuh Yesus yang semakin lelah. Ya, gemuruh sungut-sungut Farisi dan ahli torat adalah badai-badai tersebut. Yesus menyampaikan perumpamaan ini untuk menanggapi sungut-sungut mereka. Ini complain mereka “ia menerima orang-orang berdoasa dan makan bersama-sama dengan mereka”

Ada tiga pihak yang terlibat dalam peristiwa ini dan nanti masing-masing pihaka akan ada didalam perumpamaan yang Yesus sampaikan. Pihak pertama adalah “orang benar”, yang kedua adalah “orang berdosa”, dan terakhir adalah Kristus.

Ayat 1 sampai 10 dari Lukas lima belas adalah sebuah prolog yang hanya mempunyai orang-orang berdosa dan Kristus sebagai tokoh dalam cerita ini. Di ayat sebelas simbol “orang benar” memasuki panggung cerita dalam wujud anak sulung.

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Yunani dan Romawi memungut pajak melalui petugas pajak, seorang yang ditugasi oleh penguasa untuk memungut pajak di area tertentu, biasanya petugas pajak ini adalah orang-orang asing, gentiles bukan Yahudi. Kebanyakan yang terjadi adalah mereka ini mengambil pajak sebanyak yang mereka bisa ambil yang kemudian akan diserahkan kepada pihak yang berwenang dengan jumlah tertentu yang telah ditetapkan dan sisanya boleh diambil. Di Israel pada masa itu, petugas pajak ini memperkerjakan orang-orang lokal yakni orang-orang Yahudi. Nah, orang-orang inilah yang sesungguhnya bekerja di lapangan menarik pajak dari saudara-saudara sebangsanya, yang banyak dipekerjakan adalah orang-orang jahat yang mementingkan diri sendiri dan jelas-jelas terjadi banyak korupsi disini. So, bayangkan sendiri rakyat diperas berkali-kali lipat, tidak bisa dihindari bahwa pemungut pajak yang orang lokal ini juga mengambil lebih banyak dari yang menjadi targetnya. Orang-orang ini lebih dibenci daripada penjajah, orang asing petugas pajak itu sendiri, sebab orang-orang ini memeras rekan sebangsanya. Penghianat bangsa baik secara religious ataupun politik dan sebutan pemungut cukai ini oleh orang Farisi dimasukkan jadi satu dalam daftar yang sama dengan orang berdusa dan pezinah dan sama juga dengan gentiles, kafir. Bagi Farisi kelompok ini adalah orang-orang najis dan pelanggar hukum TUHAN.


Sehingga dengan label pemungut cukai, orang berdosa dikategorikan unclean atau najis menurut Hukum yang mereka pegang dan orang-orang najis ini datang kepada Yesus
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

KRISTUS YESUS MENERIMA ORANG-ORANG BERDOSA! Inilah yang menjadi isu diantara mereka! Parah!!!

Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dan berkata
Kata bersungut-sungut ini adalah kata yang sama dipakai di terjemahan Yunani perjanjian Lama (Septuaginta) διεγογγυζον. Orang-orang Israel bersungut-sungut melawan Musa dan Harun di padang gurun, (Keluaran 15:24; 16:2, 7-8; Bilangan 14:2; 16:11) dan hanya muncul dua kali di Perjanjian Baru, Lukas 15 dan Lukas 19 :7. Perhatikan, narasi yang sama bukan? Orang berdosa yang jadi masalah mereka.
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (Luk 19:7)
Dan inipun keluar dari mulut orang-orang Farisi.
Anak kalimat “bersungut-sungutlah orang farisi dan tetapi semua orang yang melihat itu bersungut-sungut” menunjukkan bahwa banyak orang yang bersungut-sungut, bersungut-sungut diantara mereka mereka sendiri ataupula bersungut-sungut dihadapan banyak orang. Suara-suara bising sungut-sungut ini menular dari Farisi ke orang banyak yang nantinya suara gemuruh ini akan semakin naik nadanya semakin keras suaranya dan menemukan puncaknya berteriak keras dengan penuh kebencian “Salibkan Dia!”.
"Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
Kata menerima disini memakai kata Yunani prosdechomai προσδεχεται, dari kata dasar dechomai. Dechomai memiliki arti menerima, sedangkan prosdechomai memiliki arti yang lebih dalam “menerima dalam kasih persaudaraan”.
Kata pertama dapat diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk menerima orang lain duduk dan berbicara. Kata kedua memliki arti menerima sebagai seorang saudara. Pasti pernah dong melakukan dan merasakan hal yang demikian? Menerima atau diterima sebagai teman, yang bisa duduk dan ngobrol tetapi tidak sampai hubungan yang lebih erat, sahabat layaknya saudara full into fellowship.
Kalimat diatas seharusnya ada penekanan emosi dari orang-orang Farisi. Sinis. Dalam pandangan mereka, Yesus Kristus sudah tercemari oleh orang-orang najis tersebut. Makan sehidangan dengan mereka, dan perhatikan YESUS yang menerima mereka artinya bisa jadi Yesus berlaku sebagai tuan rumah!!! Jreng-jreng!!!

Dan makan bersama-sama dengan mereka (pula) (penambahan kata pula utk memberikan efek emosi)
Makan bersama-sama di dalam rumah dalam kultur Timur Tengah, saya pikir juga sama dengan kultur budaya kita di Indonesia ini, bahwa menerima makan dirumah adalah tanda penerimaan total! Dengan bersama mereka Yesus menerima orang-orang berdosa ini. Jika yang menjadi tamu adalah seorang pemimpin atau guru spiritual maka orang-orang desa percaya bahwa tamunya ini mengimpartasikan sebuah berkat dengan kehadirannya. Bayangakan apa yang dipikirkan oleh orang-orang Farisi dan Ahli Torat, mereka menganggap Yesus sudah tercemari dengan kenajisan tamu-tamuNya. Itulah yang ada dibayangan orang-orang Farisi dan Ahli Torat tentang perjamuan makan antara Yesus sang Tuan Rumah dan orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat yang merasa dirinya benar!

Perhatikan bahwa di kemudian hari ada tercatat perselisihan antara Petrus dan Paulus tentang masalah makan ini. Paulus menceritakan peristiwa ini dari sisinya baca di Galatia 2:11-12
Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. (Gal 2:11-12)
Isunya jelas, Petrus duduk dan makan bersama-sama dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi yang tak bersunat!! Persahabatan adalah satu hal biasa, tetapi duduk dan makan bersama-sama adalah lebih dari sekedar persahabatan.

Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: (Luk 15:3)
Then Jesus told them this parable: (Luk 15:3)

Lukas kemudian membawa kita masuk kedalam tiga cerita dengan menyebut singular parable, satu perumpamaan. Seandainya tiga cerita ini adalah tiga perumpamaan maka dia akan menyebut these parables/perumpamaan-perumpamaan ini.
Ada dua tempat lagi dimana Lukas melakukan hal yang serupa, Lukas 5:36-39 dan Lukas 6 :39-41.
Jadi jelas bahwa Lukas lima belas ini adalah satu unit (Gordon menyebutkan tentang istilah sense unit).

Kata mereka merujuk pada yang hadir pada saat itu, yang dengan tepat tertuju kepada ahli Torat dan orang-orang Farisi akibat sungut-sungut mereka.

Perhatikan Yesus tidak mengatakan perumpamaan ini kepada awam, audiens yang Yesus tuju adalah orang-orang terpelajar, orang-orang yang terdidik sama sama seperti Yesus, kelompok haberim juga, yang sekarang sedang kecewa dan marah kepada Yesus karena makan dan menerima orang-orang berdosa, orang-orang buangan ini dalam sebuah fellowship, persaudaraan yang penuh.
Dan bammmmm!!!! Yesus menghantam mereka dengan babak pertama yang benar-benar menampar mereka!

Demikianlah para Rabbi mengajar dan menyampaikan didikan, dengan bercerita, bukan dengan pernyataan atau rumusan langkah-langkah untuk bisa berfellowship dengan Yesus.
Kasih karunia TUHAN untuk semua orang, ini yang YESUS mau sampaikan, ayuuuk sini bersuka cita bersama karena kasih karunia yang diberikan.
Yesus memakai kiasan, metaphora, perumpaaman dan drama untuk menyampaikan pesan, kabar sukacita.
Yesus tidak berkata “kasih TUHAN tidak ada batasnya”,
tetapi dia menceritakan perumpamaan “Tentang yang Hilang”



Bersambung…

Friday, March 9, 2018

Remah-remah Buat Anjing - Markus 7



Pertanyaan berikut datang dari seorang teman, berkenaan dengan Markus 7:27-30

Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:26-30)

Pertanyaannya:

Kenapa ketika  menjawab permintaan perempuan Yunani bangsa Siro Fenisia, dia dianggap “anjing” , siapakah anak-anak yang dimaksud, apakah murid-murid? Atau orang di Tirus yang lainnya? Apakah cuma menguji iman perempuan ini?

Ijinkan saya berbagi opini sebagai jawaban saya atas pertanyaan diatas, teman-teman boleh saja tidak setuju atau memiliki jawaban lainnya, sama seperti jemaat Berea, mereka menguji segala sesuatu yang diajarkan, sesuai dengan Kebenaran Firman Tuhan atau tidak.

Setelah melewati melihat catatan budaya, sejarah, melihat berbagai catatan kaki dalam NIV dan NLT study bible, memakai alat bantu esword, Harmony of the Gospel, menimbang berbagai commentries dan seabreg alat-alat lainnya...

Here we go!

Markus melaporkan peristiwa ini cukup sederhana, catatan lebih lengkap kita bisa temukan dari tulisan Matius, saya tuliskan di Buku Bible Everyday jilid satu, bahwa Injil adalah narasi tentang satu orang Pribadi yakni Yesus Kristus, jadi saat kita melihat satu catatan dalam satu kitab Injil, akan lebih bijaksana jika kita juga menengok adakah catatan yang melaporkan peristiwa yang sama di catatan Injil yang lainnya. Untuk kasus perempuan Siro Fenisia ada dua orang yang melaporkan dalam catatannya yakni Markus dan Matius.

Tempat peristiwa pertemuan dg perempuan ini  keduanya, menuliskan sama yakni di Tirus, walau Matius menyebutkan kota Sidon (clue pertama, Sidon dan perempuan dengan satu anak, ingatan kita seharusnnya melayang sampai Raja-raja satu, Elijah dan perempuan Sidon serta anaknya). Matius menyebutkan perempuan ini adalah Kanaan, Markus menyebutkan bahwa perempuan ini bangsa yunani kelahiran Siro Fenisia (Syrian Phoenicia) ini adalah perempuan yang sama, Matius memakai sebutan Kanaan, penyebutan Kanaan di PB hanya terjadi disini, jaman PB tidak ada kota atau tempat bernama Kanaan, Matius refers pada PL untuk menyebut Siro Fenisia.
Markus langsung menuliskan peristiwanya tanpa mengutip teriakan minta tolong perempuan tersebut. Matius menyebutkan  teriakan perempuan tersebut:

AWAL

Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." (Mat 15:22)

Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. (Mar 7:25-26)


RESPON YESUS
Matius tidak hanya mencatat respon Yesus namun juga respon murid-murid Yesus, yang merespon terlebih dahulu

Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)

Markus mencatat demikian:

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."


RESPON PEREMPUAN ITU

Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar 7:27-28)

Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)

Matius dan Markus sama-sama mencatat bahwa perempuan ini keukeuh, meski sudah diusir dan dihina dia punya jawaban dan alasan untuk mendapatkan apa yang dia mau.

ENDING

Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."

Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki."

Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:28)

Perempuan tersebut mendapatkan apa yang dia mau, anaknya sembuh.
Ada banyak kesamaan antara Markus dan Matius, nah untuk mendapatkan gambaran besar dan detailnya maka kita perlu melihat keduanya.
 
Peristiwa ini terjadi didaerah Gentiles, dan perempuan ini disebutkan sebgai perempuan Yunani, lahir di Siro Fenisia. sekalipun Yesus berbahasa Aram, hampir dipastikan Yesus juga bisa berbahasa Yunani, dia bisa berbicara dengan Pilatus tanpa translator. Dan bukti-bukti sejarah juga menyebutkan banyak yang fluent Yunani di  area Holy Land, Galilea abad pertama. Plus juga ada bukti bahwa Sephhorus Ibu Kota baru Galilea berada 5 Km kurang lebih dari Nazareth, saat itu sedang membangun theater Yunani yang cukup besar, Yusuf dan Yesus bisa jadi mendpatkan pekerjaan/proyek juga dalam pembangunan tersebut. Asumsi dalam pada ini secara natural pastilah Yesus bisa berbicara bahasa Yunani.  So dalam peristiwa ini Yesus bisa berbicara kepada perempuan non Yahudi ini dalam bahasa Yunani atau Aram, karena bahasa Aram juga disebutkan umum dipakai kalangan rakyat pada masa itu.

Perempuan ini meneriakan kata-kata umum yang diserukan oleh pengemis-pengemis jaman itu, ‘Kasihanilah aku..”  “Have mercy on me”.

Tindakan perempuan ini sangat menarik, demi anaknya, demi bertemu dengan Yesus, dia menerjang dua batasan tradisi yang berlaku pada masa itu.  Dia seorang perempuan, Yesus adalah seorang pria. Perempuan tidak boleh atau dibatasi berbicara dengan pria yang baru dikenalnya/baru ditemuinya, bahkan sampai sekarangpun di dearh yang masih kuat tradisinya, masih conservative, pria dan wanita tidak boleh berbicara dengan lawan jenis yang baru dijumpainya.  Apalagi seorang Rabbi didepan public tidak boleh berbicara dengan perempuan meski dia adalah anggota keluarganya, apalagi sekarang seorang perempuan asing. Terlebih lagi perempuan ini adalah seorang Gentiles, seorang perempuan kafir!!! 

Jadi menurut hitungan sekarang dia ini double minoritas, seorang perempuan gentile meminta pertolongan kepada seorang Yahudi. Sesuatu yang sangat-sangat melanggar tradisi yang ada pada masa itu.

Markus pasal tiga menyebutkan bahwa pelayanan Yesus sudah dikenal sampai area Tirus dan Sidon, pastilah perempuna ini pernah mendengar  nama  Yesus, pernah mendengar apa yang Yesus lakukan, mujizat-mujizat yang terjadi, belas kasihanNya.

Catatan Matius yang menyebutkan, perempuan ini memanggil Yesus dengan sebutan “Ya Tuhan, Anak Daud” menimbulkan sebuat pertanyaan, apakah dia benar-benar tahu siapa Yesus ataukah dia hanya merekam apa yang orang lain serukan kepada Yesus dan menirukannya? Yang jelas dia menyebutkan gelar Yesus, seharusnya ini sesuatu bukan? Seharusnya Yesus merespon baik bukan?

Respon Yesus adalah diam, menurut catatan Matius, jadi ada beberapa tahapan yang membuat Yesus membuat respon menanggapi permintaan perempuan Kanaan ini.

Nah teman saya yang bertanya diatas memberikan pendapatnya, apakah Yesus sedang menguji perempuan ini?

Ayuklah sekarang mari kita jawab

Dalam diamnya ini Yesus sedang menyiapkan sebuah pelajaran, tidak hanya buat perempuan ini tetapi juga buat murid-muridNya (dan pasti kita akan belajar juga doooonggg)
Perempuan ini sedang ditest dengan sangat berat, biasanya jika ada permintaan begini, Yesus juga menguji yang bersangkutan. Perhatikanlah mujizat-mujizat kesimbuhan pasti ada pertanyaan test nya “apakah kamu mau sembuh?” . Pengemis buta yang mau disembuhkan kan juga ditanyakan hal serupa, sebagai sebuah test, dalam kesembuhan ada konsekwensi juga, apakah mereka siap dengan segala konsekwensinya?

Sama seperti Elijah yang memberikan test pada janda di  Sidon, Yesus memberikan test pada perempuan ini sebelum meluluskan permintaannya. Penting bagi Rabbi untuk memberikan pelajaran dengan merujuk pada perjanjian Lama untuk menegaskan tindakan atau pengajarannya. Dan sebagai orang Israel, orang Yahudi, seharusnya murid-murid Yesus juga familiar dengan kisah ini, apalagi Elijah adalah salah satu nabi besar, nabi yang sangat dihormati di Israel disamping Musa. Tak heran kemunculan Yohanes dan Yesus dihubungkan dengan Elijah, dan di Mount Transfiguration muncul juga sosok Musa dan Elijah.

Eh jadi ngelantur.  Balik lagi kita ke Sidon.

Murid-murid Yesus pasti mengamati persitiwa ini sebagai sebuah bentuk pembelajaran, ya memang demikianlah proses belajar mengajar rabbi pada masa itu, murid-murid mengamati apa yang rabinya lakukan dalam menyelesaikan suatu masalah dan kemudian ada tanya jawab.  Yesus mengambil setting Elijah sebagai sumbernya, sumber yang memiliki otoritas, Nabi Elijah pernah menolong seorang perempuan Sidon, nah Yesus akan melakukan hal yang sama, murid-murid yang mengamati seharusnya juga berpikir pada peristiwa Elijah dan janda Sidon tersebut. Sehingga apa yang Yesus lakukan bukanlah pelanggaran, karena pernah ada juga yang melakukanNya dan TUHAN terlibat pada masa itu.

Dalam proses pembelajaran ini hasil akhirnya akan luar biasa, bagi para murid apalagi bagi perempuan siro Fenisia tersebut. Yesus tidak hanya menyembuhkan anak perempuan dari perempuan siro Fenisia ini tetapi juga memberikan kehormatan kepada perempuan ini, kisahnya akan abadi, yang akan terus diceritakan dari masa ke masa. Awesome!!!

Percayalah jika TUHAN seperti sedang memberikan ujian, berserah saja, ikuti saja. Kisahmu nanti tidak akan hanya berguna bagi dirimu sendiri saja tetapi juga menjadi kesaksian bagi orang lain dan mereka pasti akan terberkati dan belajar sesuatu.

Test atau ujian kepada perempuan ini ada tiga tahapan, silakan lihat catatan Matius, dalam catatan Markus hanya ada dua kali.

Test yang pertama, Yesus merespon dengan diam saja dan tidak membalas teriakan perempuan ini meski memanggilnya dengan nama “Anak Daud”. Kalau saya mungkin ketika tidak digubris, ketika didiamkan padahal sudah teriak-teriak dengan keras pasti  saya akan tinggal orang itu. Pada masa tersebut, jamannya patriacal seperti disebutkan diatas, sebuah tatanan dunia dimana pria memiliki posisi lebih tinggi dari perempuan. Seorang pria apalagi seorang rabi tidak pantas berbicara dengan perempuan, apalagi perempuan kafir, non Yahudi, ditambah lagi sekarang Yesus popular dan sangat dihormati. Yahudi menganggap dirinya sebagai bangsa yang terhormat dan tidak layak berhubungan dengan kafir.

Dengan tidak mengindahkan teriakan perempuan ini, seolah Yesus mendukung tradisi yang ada, dan murid-muridNya juga mendukung tindakan ini. Murid-murid ini menyangka Yesus memang tidak akan mau berbicara atau membalas perkataan perempuan ini, makanya murid-murid bilang
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”

Hal yang sama pernah terjadi pada pengemis buta, yang juga diusir oleh para murid, dikiranya Yesus tidak akan memerhatikan pengemis buta tersebut.

Yesus jengkel atau marah dengan sikap murid-muridnya terhadap perempuan dan bangsa non Yahudi,
Yesus ingin murid-muridNya juga bisa menghargai mereka, sementara cinta kasih sang perempuan kepada anaknya dan keyakinan perempuan tersbut pada diri Yesus sangat berkesan bagi Yesus, yakin bahwa Yesus akan menyembuhkan anaknya meski dia adaah bangsa kafir, perempuan ini pervaya bahwa kasih Yesus juga berlaku buat bangsa lain. 

Yesus akan memakai kesempatan kali ini untuk menolong perempuan ini karena keteguhannya dan cinta ibu pada anaknya dan juga untuk memberi pelajaran dan menantang para murid untuk menghilangkan prejudice mereka yang telah mengakar terhadap perempuan dan bangsa asing, mereka harus merubah paradigm nya terhadap perempuan dan bangsa asing, bangsa non Yahudi.

Cara Yesus mengajar murid-muridNya lembut, cerdik namun sangat ampuh. Yesus tidak langsung menegur mereka atas sikap mereka yang negative tersebut namun sebaliknya jawaban Yesus seolah-olah setuju dengan pendapat para murid, seolah Yesus berkata dalam hatinya dan melihat kearah para murid,

“Aku akan mengikuti pola pikir kalian yang sempit itu. Aku akan membentaknya dan semoga dia langsung pergi sendiri, sebagai Rabi yang dihormati aku tidak berbicara kepada perempuan, apalagi perempuan kafir. Jika aku berbicara kepada perempuan ini bisa-bisa seperti kekwatiran kalian, kita semua diusir oleh masyrakat disini. Nah Jika perempuan ini ngeyel aku akan bilang padanya bahwa pelayanan kesembuhan ini hanya khusus buat orang Israel, dia gak punya pilihan lagi pasti akan segera pergi”

Sehingga keluarlah perkataan Yesus pada perempuan tersebut Yesus bunyinya seperti yang ditulis oleh matius:

Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

Pesan tersebut  oleh  para muridNya ditangkap seperti ini:

“Ya aku akan segera mengusir perempuan ini, kita tidak punya waktu buat sampah seperti dia”

Pada perempuan tersebut akan ditangkap seperti ini ;

“kamu adalah perempuan Kanaan, perempuan Siro Fenisia,perempuan kafir! Aku adalah Anak Daud, kamu tidak termasuk dalam tugasku di bumi ini, aku hanya diutus untuk anak-anak Israel, jadi mengapa aku harus memperdulikan kafir sepertimu?

Inilah ujian pertama tersebut, apakah perempuan ini menangkap kode tersembunyi  yang Yesus berikan atau tidak. Perempuan ini tidak bergerak, tetap pada tempatnya dia percaya bahwa Yesus tidak bermaksud mengusirnya. Dengan tidak pergi dan tetap pada tempatnya perempuan ini lolos pada test/ujian pertama.

Segara disusul dengan ujian/test kedua. Apakah kepeduliannya kepada anak perempuannya sungguh-sungguh dalam dan nyata atau tidak. Dan apakah dia benar-benar percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus juga buat semua orang bukan hanya yahudi saja. Ujian berikutnya sama seperti membanting pintu didepan mukanya, penolakan mentah-mentah disertai hinaan kasar. Bagaimana respon perempuan ini menentukan dia lolos ujian kedua atau tidak. Mari kita lihat

Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)

Markus mencatat demikian:

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Catatan Matius malahan menambahkan bahwa perempuan ini mendekat dan menyembah dan berteriak dan menyebutkan sebutan gelar messianic, TUHAN. Response ini membuatnya lulus di ujian kedua.

Hati yang keras sekalipun pasti akan meleleh dengan aksi dramatic perempuan ini. Yesus tidak segera menolong dan memakai kesempatan ini untuk memberi pelajaran berharga para murid yang memiliki pandangan sempit.   
Seolah Yesus berkata dalam hatinya kepada para murid:

“baiklah, kalian semua pasti akan senang  jika aku segera mengusir perempuan ini, dan hanya membatasi pelayanan ini hanya pada anak-anak Israel saja. Aku akan tunjukkan arah teologi kalian yang memilki pandangan sempit ini dan kita akan lihat bagaimana response perempuan asing ini yang menurut kalian sampah”

Perkataaan Yesus berikutnya adalah ekspresi nyata atas pandangan sempit teologi para murid dan orang-orang kebanyakan yang ingin perempuan asing ini diusir dan tak perlu dilayani karena dia bukan bagian “kita”

Bahasa yang Yesus gunakan pada perempuan Siro Fenisia ini sangat kasar.  Anjing sangat dibenci, adalah binatang hina di Timur Tengah, dalam budaya dan tradisi disana, hampir sama dipandang rendahnya  sama seperti babi. Walaupun memang babi adalah yang paling hina. Anjing disana tidak dipelihara, tetapi dibiarkan berkeliaran untuk berjaga-jaga disekitar lingkungan yang makanannya sampah.

Tidak mengindahkan seorang pengemis, cuek terhadapnya adalah hal biasa, namun menghinanya dengan bahasa kasar menyamakan dengan anjing adalah sesuatu yang sangat kasar dan parah.
Pemakaian kata “anjing” ditujukan untuk memberi pelajaran pada para murid untuk menyentuh hati mereka.

“Aku tahu orang-orang kafir kalian samakan dengan anjing dan kalian ingin aku juga memperlakukan mereka seperti anjing! Tetapi perhatikanlah, kali ini dugaanmu salah… Apakah hati kalian nyaman menyaksikan semua ini?”

Response perempuan berikutnyalah yang menentukan dia lolos ujian ketiga, ini puncaknya, bagaimana perempuan ini handle penghinaan yang tiada tara ini dari seorang rabi yang dia kenal penuh belas kasihan dan selalu menyembuhkan orang. Cinta, kasih sayang nya kepada anak perempuannya dan keyakinan imannya bahwa Yesus sanggup berkuasa menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus melampaui batasan bangsa dan gender akan menentukan bagaimana dia merespon.
Perempuan tersebut merespon dengan sangat luar biasa

Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar 7:28)

Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)

Imannya memberikan ganjaran!
Yesus menjawab:

Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:28)

Perempuan ini lulus dengan nilai cum laude! Dengan nilai yang sangat tinggi.

Perempuan ini menerima penghinaan tersebut dan dengan cekatan membalasnya dengan ringan dan sedikit humor disana.

“ Benar tuan, dimata tuan pastilah hamba ini selayaknya seekor anjing, dan anjing memang tidak layak mendapatkan sesuatu dari tuan, namun anjing memakan remah-remah yang terjatuh atau dijatuhkan dari meja tuan.  Engkau adalah Tuanku. Hamba tahu bahwa tuan sanggup menyembuhkan dan tuan memiliki rasa belas kasihan buat semua orang. Tidakkah tuan memiliki remah-remah untuk dilemparkan kepada anak perempuan hamba ini?”

Sementara itu murid-murid pasti memperhatikan dengan seksama kejadian demi kejadian. Pastilah mereka bergumam, di seluruh Israel tidak diketemukan kegigihan seperti perempuan ini, yang percaya penuh pada penuh pada pribadi Yesus Kristus ini, respon perempuan ini sungguhlah mengejutkan bagi para murid, apalagi dengan paradigm sempit mereka atas perempuan dan bangsa asing.

Paradigm baru terbentuk, inilah TUHAN sesungguhnya penuh kasih dan sayang, yang lewat pribadi Yesus menunjukkan belas kasihannya kepada semua orang.

Sekaligus juga peristiwa dramatic ini akan terus mengingat iman perempuan Firo Fenisia kapanpun Injil diberitakan, sama seperti iman perempuan yang yang mengurapi Yesus di rumah Simon, kisah mereka menjadi abadi, kemana dan kapan saja Injil diberitakan oleh siapapun juga kisah iman perempuan-perempuan ini pun akan turut diceritakan.

Pas banget dengan Hari Perempuan International! Woooow!!!

Iman perempuan Siro Fenisia ini ditunjukkan saat dia tidak pernah menyangsikan sedikitpun keyakinannya akan Yesus, bahwa keselamatan adalah untuk semua orang, baik Yahudi maupun non Yahudi. Perempuan Siro Fenisia ini mengaku dengan mulutnya Yesus adalah Tuhan. Terakhir adalah kesediaannya untuk membayar harga atas keyakinannya tersebut, berapapun harganya, penolakan, pelecehan atau penghinaan didepan umum, semua dilakukannya karena dia yakin menerima  kasih karunia lewat pribadi YESUS.

Perempuan ini merendahkan dirinya sampai pada posisi seekor anjing, dia memilki keyakinan, memiliki iman bahwa remah-remah pun cukup buat dirinya. Imannya ini dipuji oleh Yesus dan menempatkannya ditempat yang terbaik. Dan juga perempuan ini memiliki hikmat dan pengertian, dia rela bersikap selayaknya anjing sebagai respon, sampai mendapatkan apa yang dia butuhkan semenjak pertama datang mendekat kepada Yesus.

Sebuah drama epic kasih seorang ibu membawanya pada kegigihan yang didasari serta dibalut dengan imannya kepada Yesus, membuahkan narasi yang tak lekang oleh jaman.


Sebagai penutup pernah dengar bahwa TUHAN menyayangi kita seperti seorang ibu bahkan lebih daripada itu. Perempuan Siro Fenisia adalah seorang ibu, dia sangat menyayanginya dan menempuh apa saja demi anaknya, TUHAN lebih daripada semua ibu

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya,
Aku tidak akan melupakan engkau.
(Yesaya 49:15)