Pertanyaan berikut datang dari
seorang teman, berkenaan dengan Markus 7:27-30
Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada
Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya:
"Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang
disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi
perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja
juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada
perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu
sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu
didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar
7:26-30)
Pertanyaannya:
Kenapa ketika menjawab permintaan perempuan Yunani bangsa
Siro Fenisia, dia dianggap “anjing” , siapakah anak-anak yang dimaksud, apakah
murid-murid? Atau orang di Tirus yang lainnya? Apakah cuma menguji iman
perempuan ini?
Ijinkan saya berbagi opini
sebagai jawaban saya atas pertanyaan diatas, teman-teman boleh saja tidak
setuju atau memiliki jawaban lainnya, sama seperti jemaat Berea, mereka menguji
segala sesuatu yang diajarkan, sesuai dengan Kebenaran Firman Tuhan atau tidak.
Setelah melewati melihat catatan budaya, sejarah, melihat berbagai catatan kaki dalam NIV dan NLT study bible, memakai alat bantu esword, Harmony of the Gospel, menimbang berbagai commentries dan seabreg alat-alat lainnya...
Here we go!
Markus melaporkan peristiwa ini
cukup sederhana, catatan lebih lengkap kita bisa temukan dari tulisan Matius,
saya tuliskan di Buku Bible Everyday jilid satu, bahwa Injil adalah narasi
tentang satu orang Pribadi yakni Yesus Kristus, jadi saat kita melihat satu
catatan dalam satu kitab Injil, akan lebih bijaksana jika kita juga menengok
adakah catatan yang melaporkan peristiwa yang sama di catatan Injil yang
lainnya. Untuk kasus perempuan Siro Fenisia ada dua orang yang melaporkan dalam
catatannya yakni Markus dan Matius.
Tempat peristiwa pertemuan dg
perempuan ini keduanya, menuliskan sama yakni
di Tirus, walau Matius menyebutkan kota Sidon (clue pertama, Sidon dan
perempuan dengan satu anak, ingatan kita seharusnnya melayang sampai Raja-raja
satu, Elijah dan perempuan Sidon serta anaknya). Matius menyebutkan perempuan
ini adalah Kanaan, Markus menyebutkan bahwa perempuan ini bangsa yunani
kelahiran Siro Fenisia (Syrian Phoenicia) ini adalah perempuan yang sama,
Matius memakai sebutan Kanaan, penyebutan Kanaan di PB hanya terjadi disini,
jaman PB tidak ada kota atau tempat bernama Kanaan, Matius refers pada PL untuk
menyebut Siro Fenisia.
Markus langsung menuliskan
peristiwanya tanpa mengutip teriakan minta tolong perempuan tersebut. Matius
menyebutkan teriakan perempuan tersebut:
AWAL
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru:
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan
setan dan sangat menderita." (Mat 15:22)
Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera
mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan
itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia.
Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. (Mar 7:25-26)
RESPON YESUS
Matius tidak hanya mencatat
respon Yesus namun juga respon murid-murid Yesus, yang merespon terlebih dahulu
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang
dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan
berteriak-teriak."
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel."
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata:
"Tuhan, tolonglah aku."
Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan
bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)
Markus mencatat demikian:
Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu,
sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing."
RESPON PEREMPUAN ITU
Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang
di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar
7:27-28)
Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)
Matius dan Markus sama-sama
mencatat bahwa perempuan ini keukeuh, meski sudah diusir dan dihina dia punya
jawaban dan alasan untuk mendapatkan apa yang dia mau.
ENDING
Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu,
pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring
di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu,
maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki."
Dan seketika itu juga anaknya sembuh. (Mat 15:28)
Perempuan tersebut mendapatkan
apa yang dia mau, anaknya sembuh.
Ada banyak kesamaan antara Markus dan Matius, nah untuk mendapatkan gambaran besar dan detailnya maka kita perlu melihat keduanya.
Peristiwa ini terjadi didaerah
Gentiles, dan perempuan ini disebutkan sebgai perempuan Yunani, lahir di Siro
Fenisia. sekalipun Yesus berbahasa Aram, hampir dipastikan Yesus juga bisa
berbahasa Yunani, dia bisa berbicara dengan Pilatus tanpa translator. Dan
bukti-bukti sejarah juga menyebutkan banyak yang fluent Yunani di area Holy Land, Galilea abad pertama. Plus
juga ada bukti bahwa Sephhorus Ibu Kota baru Galilea berada 5 Km kurang lebih
dari Nazareth, saat itu sedang membangun theater Yunani yang cukup besar, Yusuf
dan Yesus bisa jadi mendpatkan pekerjaan/proyek juga dalam pembangunan
tersebut. Asumsi dalam pada ini secara natural pastilah Yesus bisa berbicara
bahasa Yunani. So dalam peristiwa ini
Yesus bisa berbicara kepada perempuan non Yahudi ini dalam bahasa Yunani atau
Aram, karena bahasa Aram juga disebutkan umum dipakai kalangan rakyat pada masa
itu.
Perempuan ini meneriakan
kata-kata umum yang diserukan oleh pengemis-pengemis jaman itu, ‘Kasihanilah
aku..” “Have mercy on me”.
Tindakan perempuan ini sangat
menarik, demi anaknya, demi bertemu dengan Yesus, dia menerjang dua batasan tradisi
yang berlaku pada masa itu. Dia seorang
perempuan, Yesus adalah seorang pria. Perempuan tidak boleh atau dibatasi
berbicara dengan pria yang baru dikenalnya/baru ditemuinya, bahkan sampai
sekarangpun di dearh yang masih kuat tradisinya, masih conservative, pria dan
wanita tidak boleh berbicara dengan lawan jenis yang baru dijumpainya. Apalagi seorang Rabbi didepan public tidak
boleh berbicara dengan perempuan meski dia adalah anggota keluarganya, apalagi
sekarang seorang perempuan asing. Terlebih lagi perempuan ini adalah seorang
Gentiles, seorang perempuan kafir!!!
Jadi menurut hitungan sekarang dia ini
double minoritas, seorang perempuan gentile meminta pertolongan kepada seorang
Yahudi. Sesuatu yang sangat-sangat melanggar tradisi yang ada pada masa itu.
Markus pasal tiga menyebutkan
bahwa pelayanan Yesus sudah dikenal sampai area Tirus dan Sidon, pastilah
perempuna ini pernah mendengar nama Yesus, pernah mendengar apa yang Yesus
lakukan, mujizat-mujizat yang terjadi, belas kasihanNya.
Catatan Matius yang menyebutkan,
perempuan ini memanggil Yesus dengan sebutan “Ya Tuhan, Anak Daud” menimbulkan
sebuat pertanyaan, apakah dia benar-benar tahu siapa Yesus ataukah dia hanya
merekam apa yang orang lain serukan kepada Yesus dan menirukannya? Yang jelas
dia menyebutkan gelar Yesus, seharusnya ini sesuatu bukan? Seharusnya Yesus
merespon baik bukan?
Respon Yesus adalah diam, menurut
catatan Matius, jadi ada beberapa tahapan yang membuat Yesus membuat respon
menanggapi permintaan perempuan Kanaan ini.
Nah teman saya yang bertanya
diatas memberikan pendapatnya, apakah Yesus sedang menguji perempuan ini?
Ayuklah sekarang mari kita jawab
Dalam diamnya ini Yesus sedang
menyiapkan sebuah pelajaran, tidak hanya buat perempuan ini tetapi juga buat
murid-muridNya (dan pasti kita akan belajar juga doooonggg)
Perempuan ini sedang ditest
dengan sangat berat, biasanya jika ada permintaan begini, Yesus juga menguji
yang bersangkutan. Perhatikanlah mujizat-mujizat kesimbuhan pasti ada
pertanyaan test nya “apakah kamu mau sembuh?” . Pengemis buta yang mau
disembuhkan kan juga ditanyakan hal serupa, sebagai sebuah test, dalam
kesembuhan ada konsekwensi juga, apakah mereka siap dengan segala
konsekwensinya?
Sama seperti Elijah yang
memberikan test pada janda di Sidon,
Yesus memberikan test pada perempuan ini sebelum meluluskan permintaannya.
Penting bagi Rabbi untuk memberikan pelajaran dengan merujuk pada perjanjian
Lama untuk menegaskan tindakan atau pengajarannya. Dan sebagai orang Israel,
orang Yahudi, seharusnya murid-murid Yesus juga familiar dengan kisah ini,
apalagi Elijah adalah salah satu nabi besar, nabi yang sangat dihormati di
Israel disamping Musa. Tak heran kemunculan Yohanes dan Yesus dihubungkan
dengan Elijah, dan di Mount Transfiguration muncul juga sosok Musa dan Elijah.
Eh jadi ngelantur. Balik lagi kita ke Sidon.
Murid-murid Yesus pasti mengamati
persitiwa ini sebagai sebuah bentuk pembelajaran, ya memang demikianlah proses
belajar mengajar rabbi pada masa itu, murid-murid mengamati apa yang rabinya
lakukan dalam menyelesaikan suatu masalah dan kemudian ada tanya jawab. Yesus mengambil setting Elijah sebagai
sumbernya, sumber yang memiliki otoritas, Nabi Elijah pernah menolong seorang
perempuan Sidon, nah Yesus akan melakukan hal yang sama, murid-murid yang
mengamati seharusnya juga berpikir pada peristiwa Elijah dan janda Sidon tersebut.
Sehingga apa yang Yesus lakukan bukanlah pelanggaran, karena pernah ada juga
yang melakukanNya dan TUHAN terlibat pada masa itu.
Dalam proses pembelajaran ini
hasil akhirnya akan luar biasa, bagi para murid apalagi bagi perempuan siro
Fenisia tersebut. Yesus tidak hanya menyembuhkan anak perempuan dari perempuan siro
Fenisia ini tetapi juga memberikan kehormatan kepada perempuan ini, kisahnya
akan abadi, yang akan terus diceritakan dari masa ke masa. Awesome!!!
Percayalah jika TUHAN seperti
sedang memberikan ujian, berserah saja, ikuti saja. Kisahmu nanti tidak akan
hanya berguna bagi dirimu sendiri saja tetapi juga menjadi kesaksian bagi orang
lain dan mereka pasti akan terberkati dan belajar sesuatu.
Test atau ujian kepada perempuan
ini ada tiga tahapan, silakan lihat catatan Matius, dalam catatan Markus hanya
ada dua kali.
Test yang pertama, Yesus merespon
dengan diam saja dan tidak membalas teriakan perempuan ini meski memanggilnya
dengan nama “Anak Daud”. Kalau saya mungkin ketika tidak digubris, ketika
didiamkan padahal sudah teriak-teriak dengan keras pasti saya akan tinggal orang itu. Pada masa
tersebut, jamannya patriacal seperti disebutkan diatas, sebuah tatanan dunia
dimana pria memiliki posisi lebih tinggi dari perempuan. Seorang pria apalagi
seorang rabi tidak pantas berbicara dengan perempuan, apalagi perempuan kafir,
non Yahudi, ditambah lagi sekarang Yesus popular dan sangat dihormati. Yahudi
menganggap dirinya sebagai bangsa yang terhormat dan tidak layak berhubungan
dengan kafir.
Dengan tidak mengindahkan
teriakan perempuan ini, seolah Yesus mendukung tradisi yang ada, dan
murid-muridNya juga mendukung tindakan ini. Murid-murid ini menyangka Yesus
memang tidak akan mau berbicara atau membalas perkataan perempuan ini, makanya
murid-murid bilang
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang
dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan
berteriak-teriak.”
Hal yang sama pernah terjadi pada
pengemis buta, yang juga diusir oleh para murid, dikiranya Yesus tidak akan
memerhatikan pengemis buta tersebut.
Yesus jengkel atau marah dengan
sikap murid-muridnya terhadap perempuan dan bangsa non Yahudi,
Yesus ingin
murid-muridNya juga bisa menghargai mereka, sementara cinta kasih sang
perempuan kepada anaknya dan keyakinan perempuan tersbut pada diri Yesus sangat
berkesan bagi Yesus, yakin bahwa Yesus akan menyembuhkan anaknya meski dia
adaah bangsa kafir, perempuan ini pervaya bahwa kasih Yesus juga berlaku buat
bangsa lain.
Yesus akan memakai kesempatan kali ini untuk menolong perempuan
ini karena keteguhannya dan cinta ibu pada anaknya dan juga untuk memberi
pelajaran dan menantang para murid untuk menghilangkan prejudice mereka yang
telah mengakar terhadap perempuan dan bangsa asing, mereka harus merubah paradigm
nya terhadap perempuan dan bangsa asing, bangsa non Yahudi.
Cara Yesus mengajar
murid-muridNya lembut, cerdik namun sangat ampuh. Yesus tidak langsung menegur
mereka atas sikap mereka yang negative tersebut namun sebaliknya jawaban Yesus
seolah-olah setuju dengan pendapat para murid, seolah Yesus berkata dalam
hatinya dan melihat kearah para murid,
“Aku akan mengikuti pola pikir kalian yang sempit itu. Aku akan
membentaknya dan semoga dia langsung pergi sendiri, sebagai Rabi yang dihormati
aku tidak berbicara kepada perempuan, apalagi perempuan kafir. Jika aku berbicara
kepada perempuan ini bisa-bisa seperti kekwatiran kalian, kita semua diusir
oleh masyrakat disini. Nah Jika perempuan ini ngeyel aku akan bilang padanya
bahwa pelayanan kesembuhan ini hanya khusus buat orang Israel, dia gak punya
pilihan lagi pasti akan segera pergi”
Sehingga keluarlah perkataan
Yesus pada perempuan tersebut Yesus bunyinya seperti yang ditulis oleh matius:
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel."
Pesan tersebut oleh para muridNya ditangkap seperti ini:
“Ya aku akan segera mengusir perempuan ini, kita tidak punya waktu buat
sampah seperti dia”
Pada perempuan tersebut akan
ditangkap seperti ini ;
“kamu adalah perempuan Kanaan, perempuan Siro Fenisia,perempuan kafir!
Aku adalah Anak Daud, kamu tidak termasuk dalam tugasku di bumi ini, aku hanya
diutus untuk anak-anak Israel, jadi mengapa aku harus memperdulikan kafir
sepertimu?
Inilah ujian pertama tersebut,
apakah perempuan ini menangkap kode tersembunyi yang Yesus berikan atau tidak. Perempuan ini
tidak bergerak, tetap pada tempatnya dia percaya bahwa Yesus tidak bermaksud
mengusirnya. Dengan tidak pergi dan tetap pada tempatnya perempuan ini lolos
pada test/ujian pertama.
Segara disusul dengan ujian/test
kedua. Apakah kepeduliannya kepada anak perempuannya sungguh-sungguh dalam dan
nyata atau tidak. Dan apakah dia benar-benar percaya bahwa Yesus sanggup
menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus juga buat semua orang bukan hanya
yahudi saja. Ujian berikutnya sama seperti membanting pintu didepan mukanya,
penolakan mentah-mentah disertai hinaan kasar. Bagaimana respon perempuan ini
menentukan dia lolos ujian kedua atau tidak. Mari kita lihat
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata:
"Tuhan, tolonglah aku."
Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan
bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Mat 15:23-26)
Markus mencatat demikian:
Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu,
sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing."
Catatan Matius malahan
menambahkan bahwa perempuan ini mendekat dan menyembah dan berteriak dan
menyebutkan sebutan gelar messianic, TUHAN. Response ini membuatnya lulus di
ujian kedua.
Hati yang keras sekalipun pasti
akan meleleh dengan aksi dramatic perempuan ini. Yesus tidak segera menolong
dan memakai kesempatan ini untuk memberi pelajaran berharga para murid yang
memiliki pandangan sempit.
Seolah Yesus
berkata dalam hatinya kepada para murid:
“baiklah, kalian semua pasti akan senang jika aku segera mengusir perempuan ini, dan
hanya membatasi pelayanan ini hanya pada anak-anak Israel saja. Aku akan
tunjukkan arah teologi kalian yang memilki pandangan sempit ini dan kita akan
lihat bagaimana response perempuan asing ini yang menurut kalian sampah”
Perkataaan Yesus berikutnya
adalah ekspresi nyata atas pandangan sempit teologi para murid dan orang-orang
kebanyakan yang ingin perempuan asing ini diusir dan tak perlu dilayani karena
dia bukan bagian “kita”
Bahasa yang Yesus gunakan pada
perempuan Siro Fenisia ini sangat kasar.
Anjing sangat dibenci, adalah binatang hina di Timur Tengah, dalam budaya
dan tradisi disana, hampir sama dipandang rendahnya sama seperti babi. Walaupun memang babi adalah
yang paling hina. Anjing disana tidak dipelihara, tetapi dibiarkan berkeliaran
untuk berjaga-jaga disekitar lingkungan yang makanannya sampah.
Tidak mengindahkan seorang
pengemis, cuek terhadapnya adalah hal biasa, namun menghinanya dengan bahasa
kasar menyamakan dengan anjing adalah sesuatu yang sangat kasar dan parah.
Pemakaian kata “anjing” ditujukan
untuk memberi pelajaran pada para murid untuk menyentuh hati mereka.
“Aku tahu orang-orang kafir
kalian samakan dengan anjing dan kalian ingin aku juga memperlakukan mereka
seperti anjing! Tetapi perhatikanlah, kali ini dugaanmu salah… Apakah hati
kalian nyaman menyaksikan semua ini?”
Response perempuan berikutnyalah
yang menentukan dia lolos ujian ketiga, ini puncaknya, bagaimana perempuan ini
handle penghinaan yang tiada tara ini dari seorang rabi yang dia kenal penuh
belas kasihan dan selalu menyembuhkan orang. Cinta, kasih sayang nya kepada
anak perempuannya dan keyakinan imannya bahwa Yesus sanggup berkuasa
menyembuhkan anaknya dan belas kasihan Yesus melampaui batasan bangsa dan
gender akan menentukan bagaimana dia merespon.
Perempuan tersebut merespon
dengan sangat luar biasa
Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang
di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Mar
7:28)
Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (Mat 15:27)
Imannya memberikan ganjaran!
Yesus menjawab:
Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu,
pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu
pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang
setan itu sudah keluar. (Mar 7:29-30)
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu,
maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga
anaknya sembuh. (Mat 15:28)
Perempuan ini lulus dengan nilai
cum laude! Dengan nilai yang sangat tinggi.
Perempuan ini menerima penghinaan
tersebut dan dengan cekatan membalasnya dengan ringan dan sedikit humor disana.
“ Benar tuan, dimata tuan pastilah hamba ini selayaknya seekor anjing,
dan anjing memang tidak layak mendapatkan sesuatu dari tuan, namun anjing
memakan remah-remah yang terjatuh atau dijatuhkan dari meja tuan. Engkau adalah Tuanku. Hamba tahu bahwa tuan
sanggup menyembuhkan dan tuan memiliki rasa belas kasihan buat semua orang. Tidakkah
tuan memiliki remah-remah untuk dilemparkan kepada anak perempuan hamba ini?”
Sementara itu murid-murid pasti
memperhatikan dengan seksama kejadian demi kejadian. Pastilah mereka bergumam,
di seluruh Israel tidak diketemukan kegigihan seperti perempuan ini, yang
percaya penuh pada penuh pada pribadi Yesus Kristus ini, respon perempuan ini
sungguhlah mengejutkan bagi para murid, apalagi dengan paradigm sempit mereka
atas perempuan dan bangsa asing.
Paradigm baru terbentuk, inilah
TUHAN sesungguhnya penuh kasih dan sayang, yang lewat pribadi Yesus menunjukkan
belas kasihannya kepada semua orang.
Sekaligus juga peristiwa dramatic
ini akan terus mengingat iman perempuan Firo Fenisia kapanpun Injil
diberitakan, sama seperti iman perempuan yang yang mengurapi Yesus di rumah
Simon, kisah mereka menjadi abadi, kemana dan kapan saja Injil diberitakan oleh
siapapun juga kisah iman perempuan-perempuan ini pun akan turut diceritakan.
Pas banget dengan Hari Perempuan
International! Woooow!!!
Iman perempuan Siro Fenisia ini
ditunjukkan saat dia tidak pernah menyangsikan sedikitpun keyakinannya akan
Yesus, bahwa keselamatan adalah untuk semua orang, baik Yahudi maupun non
Yahudi. Perempuan Siro Fenisia ini mengaku dengan mulutnya Yesus adalah Tuhan. Terakhir
adalah kesediaannya untuk membayar harga atas keyakinannya tersebut, berapapun
harganya, penolakan, pelecehan atau penghinaan didepan umum, semua dilakukannya
karena dia yakin menerima kasih karunia
lewat pribadi YESUS.
Perempuan ini merendahkan dirinya
sampai pada posisi seekor anjing, dia memilki keyakinan, memiliki iman bahwa
remah-remah pun cukup buat dirinya. Imannya ini dipuji oleh Yesus dan
menempatkannya ditempat yang terbaik. Dan juga perempuan ini memiliki hikmat
dan pengertian, dia rela bersikap selayaknya anjing sebagai respon, sampai
mendapatkan apa yang dia butuhkan semenjak pertama datang mendekat kepada
Yesus.
Sebuah drama epic kasih seorang
ibu membawanya pada kegigihan yang didasari serta dibalut dengan imannya
kepada Yesus, membuahkan narasi yang tak lekang oleh jaman.
Sebagai penutup pernah dengar
bahwa TUHAN menyayangi kita seperti seorang ibu bahkan lebih daripada itu.
Perempuan Siro Fenisia adalah seorang ibu, dia sangat menyayanginya dan
menempuh apa saja demi anaknya, TUHAN lebih daripada semua ibu
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak
menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya,
Aku tidak akan melupakan engkau.
(Yesaya 49:15)