Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana
aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, Filipi 3:10
Kalimat yang sangat menyeramkan kontras jika dibandingkan dengan berita Injil
yang adalah Kabar Baik. Wow kabar baik yang bagaimana jika beritanya adalah
“persekutuan dalam penderitaanNya” “serupa dengan kematianNya”
Mungkin kita langsung mengambil
kesimpulan: Peters, itu dulu, sekarang beda! kita hidup di era penuh toleransi,
kita tidak perlu menderita dan mengalami
kematian. Kita sekarang hidup di jaman anugerah, kita menikmati kuasa yang Dia
berikan kepada kita, kuasa yang membuat kita bisa klaim janji-janji Allah dan
menikmati berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan, Yesus telah bangkit, maut
dikalahkan kita hidup dengan kuasa kebangkitanNya. Hidup sebagai orang Kristen
sekarang adalah sukses dan berkat, berkemenangan.
Wow… wow… tunggu dulu, bagaimana
dengan Ibrani 11:35-40? Tentang orang-orang yang masih mengalami penderitaan,
di Negara-negara yang masih mengekang Kekristenan?
Saudara tidak akan pernah
mengalami Kuasa KebangkitanNya tanpa mengalami penderitaanNya dan kematianNya.
Tidak ada kebangkitan tanpa kematian.
Paulus mengenal Dia sepenuhnya,
baik kuasa kebangkitanNya, penderitaanNya dan kematianNya. Tuhan ingin kita
mengenalNya sama seperti Paulus mengenal Dia
Jadi tidak heran jika banyak
anak-anak Tuhan mengalami kesusahan ataupun penderitaan sebelum Tuhan kemudian
campur tangan dan mereka mengalami “Kebangkitan” dalam hidup mereka. Seperti
yang belakangan ini kita saksikan dalam video “This is My Story”. Masalahnya,
ketika kita dalam fase “penderitaan” dan “kematian” bagaimana sikap hati kita? adakah
kita berupaya mengenal Tuhan dan mencari Nya mencari tahu kehendakNya dibalik
semua peristiwa ini dan bukan menyalahkannya atas semua yang terjadi pada kita.
Apakah kita akan bersikap seperti bangsa
Israel yang bersungut-sungut ketika berada di Padang Belantara? Paulus
mengalami hal yang sama penderitaan tidak main-main , sering dalam bahaya maut,
disesah, didera, dilempari batu, kapal karam, ancaman-ancaman dari orang Yahudi
maupun non Yahudi dan lain sebagainya. (2 Korintus 11:23-28)
Kita semua mengalami penderitaan,
mengapa? Sederhana jawabannya karena kita masih hidup di dunia ini. Apalagi
jika kita sudah bertindak benar sesuai dengan Firman Tuhan kok masih juga
mengalami semua ini, justru disinilah Tuhan bekerja, bukankah untuk maksud ini
kita dipanggil? Seperti Petrus katakan dalam suratnya 1 Petrus 2:21 Untuk
itulah Allah memanggilmu. Sebab Kristus sendiri sudah menderita untukmu, dan
dengan itu Ia memberikan kepadamu suatu teladan, supaya kalian mengikuti
jejak-Nya. Kata teladan disini berasal dari kata hupogrammos (Strong
Dictionary) pola contoh untuk ditiru. Sebuah pola yang diberikan kepada
kita supaya kita mengikuti jejakNya. Mengikuti kemana-saja jejak itu pergi,
jika jejak itu berhenti kita juga ikut berhenti, jika jejak itu jalan, kita
juga ikut jalan, jika jejak itu membawa menuruni lembah kita juga ikut menuruni
lembah, jika jejak itu membawa kita naik ke gunung yang tinggi kita juga
mengikutinya.
Bukankah pola ini mengingatkan kita pada perjalanan Bangsa Israel
keluar dari Mesir mengikuti jejak Tiang Awan dan Tiang Api (Bilangan 10:11-13).
Ada semacam pola jika Tuhan mau membawa kita dari Kemuliaan kepada Kemuliaan,
ada padang gurun yang harus kita lewati. Di padang gurun biasanya Tuhan mau
kita belajar sesuatu untuk naik ke level kemuliaann berikutnya.
“Pain insists upon being attended to. God
whispers to us in our pleasures, speaks in our consciences, but shouts in our
pains. It is His megaphone to rouse a deaf world” (CS Lewis)
Tuhan memakai penderitaan untuk
berteriak kepada kita, Dia ingin menyampaikan sesuatu kepada kita.
Bagaimana kita bisa bertahan
dalam penderitaan dan mengalami Kebangkitan adalah mengenal Dia seutuhnya,
mengenal Kuasa KebangkitanNya, lewat penderitaan bersamaNya dan KematianNya,
karena jika kita mengenal Dia maka kita bisa melihat gambaran besarnya dan kita
tahu garis akhir apa yang terjadi setelah penderitaan ini.
Seperti yang Paulus
tulis: Sebab aku yakin, bahwa
penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang
akan dinyatakan kepada kita. Roma 8:18.
Dan ada janji-janji Allah yang
diwariskan kepada kita, Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli
waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama
dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Roma 8:17
Kemuliaan itu hanya bisa diraih jika kita menderita
bersama-sama Kristus dan penderitaan ini tidak sebanding dengan kemuliaan
tersebut. Melihat titik finish ini, kemuliaan yang kita terima nanti menjaga
kita bertahan terus berjuang ditengah penderitaan dengan penuh pengharapan (Rom 8:24-25)
Sementara ditengah penderitaan ini
kita tahu Tuhan bersama kita karena Dia, Yesus telah mengalaminya, Dia tahu.
Dia ada bersama-sama dengan penderitaan kita. Jika Tuhan bersama kita siapa
kita bisa melakukan apapun. Roh Kudus bersama kita dalam penderitaan kita,
bahkan sekalipun kita tidak bisa berkata-kata Roh Kudus yang didalam kita
bersyafaat bagi kita. Jika kita mengenal Dia mengasihi sepenuhnya kita bisa
berkata Allah bekerja dalam segala sesuatu bahkan dalam penderitaan kita.
Itulah sebabnya Paulus berkata;
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, selanjutnya Paulus menambahkan
segala sesuatu dianggapnya rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan,
lebih mulia dari pada semuanya. (Filipi 1: 21 dan 3:7-8)
Kita semua mengalami penderitaan
dalam skala berbeda menurut ukuran masing-masing, namun kita tahu diujung sana
Kemuliaan menanti, dan pada saat ini kita tidak sendirian, Tuhan bersama kita
dalam penderitaan kita. Kenalilah Dia, dalam penderitaanNya, dalam kematianNya
kita akan mengalami Kuasa KebangkitanNya