Monday, April 6, 2015

Penderitaan dan Kebangkitan



Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, Filipi 3:10
Kalimat yang sangat menyeramkan  kontras jika dibandingkan dengan berita Injil yang adalah Kabar Baik. Wow kabar baik yang bagaimana jika beritanya adalah “persekutuan dalam penderitaanNya” “serupa dengan kematianNya” 

Mungkin kita langsung mengambil kesimpulan: Peters, itu dulu, sekarang beda! kita hidup di era penuh toleransi, kita tidak perlu menderita  dan mengalami kematian. Kita sekarang hidup di jaman anugerah, kita menikmati kuasa yang Dia berikan kepada kita, kuasa yang membuat kita bisa klaim janji-janji Allah dan menikmati berkat-berkat yang sudah Tuhan sediakan, Yesus telah bangkit, maut dikalahkan kita hidup dengan kuasa kebangkitanNya. Hidup sebagai orang Kristen sekarang adalah sukses dan berkat, berkemenangan.

Wow… wow… tunggu dulu, bagaimana dengan Ibrani 11:35-40? Tentang orang-orang yang masih mengalami penderitaan, di Negara-negara yang masih mengekang Kekristenan?

Saudara tidak akan pernah mengalami Kuasa KebangkitanNya tanpa mengalami penderitaanNya dan kematianNya. Tidak ada kebangkitan tanpa kematian.
 
Paulus mengenal Dia sepenuhnya, baik kuasa kebangkitanNya, penderitaanNya dan kematianNya. Tuhan ingin kita mengenalNya sama seperti Paulus mengenal Dia
Jadi tidak heran jika banyak anak-anak Tuhan mengalami kesusahan ataupun penderitaan sebelum Tuhan kemudian campur tangan dan mereka mengalami “Kebangkitan” dalam hidup mereka. Seperti yang belakangan ini kita saksikan dalam video “This is My Story”. Masalahnya, ketika kita dalam fase “penderitaan” dan “kematian” bagaimana sikap hati kita? adakah kita berupaya mengenal Tuhan dan mencari Nya mencari tahu kehendakNya dibalik semua peristiwa ini dan bukan menyalahkannya atas semua yang terjadi pada kita.  Apakah kita akan bersikap seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut ketika berada di Padang Belantara? Paulus mengalami hal yang sama penderitaan tidak main-main , sering dalam bahaya maut, disesah, didera, dilempari batu, kapal karam, ancaman-ancaman dari orang Yahudi maupun non Yahudi dan lain sebagainya. (2 Korintus 11:23-28)

Kita semua mengalami penderitaan, mengapa? Sederhana jawabannya karena kita masih hidup di dunia ini. Apalagi jika kita sudah bertindak benar sesuai dengan Firman Tuhan kok masih juga mengalami semua ini, justru disinilah Tuhan bekerja, bukankah untuk maksud ini kita dipanggil? Seperti Petrus katakan dalam suratnya 1 Petrus 2:21 Untuk itulah Allah memanggilmu. Sebab Kristus sendiri sudah menderita untukmu, dan dengan itu Ia memberikan kepadamu suatu teladan, supaya kalian mengikuti jejak-Nya. Kata teladan disini berasal dari kata hupogrammos (Strong Dictionary) pola contoh untuk ditiru. Sebuah pola yang diberikan kepada kita supaya kita mengikuti jejakNya. Mengikuti kemana-saja jejak itu pergi, jika jejak itu berhenti kita juga ikut berhenti, jika jejak itu jalan, kita juga ikut jalan, jika jejak itu membawa menuruni lembah kita juga ikut menuruni lembah, jika jejak itu membawa kita naik ke gunung yang tinggi kita juga mengikutinya. 
Bukankah pola ini mengingatkan kita pada perjalanan Bangsa Israel keluar dari Mesir mengikuti jejak Tiang Awan dan Tiang Api (Bilangan 10:11-13). Ada semacam pola jika Tuhan mau membawa kita dari Kemuliaan kepada Kemuliaan, ada padang gurun yang harus kita lewati. Di padang gurun biasanya Tuhan mau kita belajar sesuatu untuk naik ke level kemuliaann berikutnya.
 “Pain insists upon being attended to. God whispers to us in our pleasures, speaks in our consciences, but shouts in our pains. It is His megaphone to rouse a deaf world” (CS Lewis)
Tuhan memakai penderitaan untuk berteriak kepada kita, Dia ingin menyampaikan sesuatu kepada kita.

Bagaimana kita bisa bertahan dalam penderitaan dan mengalami Kebangkitan adalah mengenal Dia seutuhnya, mengenal Kuasa KebangkitanNya, lewat penderitaan bersamaNya dan KematianNya, karena jika kita mengenal Dia maka kita bisa melihat gambaran besarnya dan kita tahu garis akhir apa yang terjadi setelah penderitaan ini. 

Seperti yang Paulus tulis:  Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Roma 8:18.
Dan ada janji-janji Allah yang diwariskan kepada kita, Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Roma 8:17

Kemuliaan itu hanya bisa diraih jika kita menderita bersama-sama Kristus dan penderitaan ini tidak sebanding dengan kemuliaan tersebut. Melihat titik finish ini, kemuliaan yang kita terima nanti menjaga kita bertahan terus berjuang ditengah penderitaan  dengan penuh pengharapan (Rom 8:24-25)

Sementara ditengah penderitaan ini kita tahu Tuhan bersama kita karena Dia, Yesus telah mengalaminya, Dia tahu. Dia ada bersama-sama dengan penderitaan kita. Jika Tuhan bersama kita siapa kita bisa melakukan apapun. Roh Kudus bersama kita dalam penderitaan kita, bahkan sekalipun kita tidak bisa berkata-kata Roh Kudus yang didalam kita bersyafaat bagi kita. Jika kita mengenal Dia mengasihi sepenuhnya kita bisa berkata Allah bekerja dalam segala sesuatu bahkan dalam penderitaan kita.

Itulah sebabnya Paulus berkata; hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, selanjutnya Paulus menambahkan segala sesuatu dianggapnya rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan, lebih mulia dari pada semuanya. (Filipi 1: 21 dan 3:7-8)

Kita semua mengalami penderitaan dalam skala berbeda menurut ukuran masing-masing, namun kita tahu diujung sana Kemuliaan menanti, dan pada saat ini kita tidak sendirian, Tuhan bersama kita dalam penderitaan kita. Kenalilah Dia, dalam penderitaanNya, dalam kematianNya kita akan mengalami Kuasa KebangkitanNya